Hujan deras sekali. Kami mengobrol panjang lebar. Pengantin perempuan masih mengenakan pakaian pernikahan yang menyerupai putri di negeri dongeng, sedangkan yang lelaki sudah dengan pakaian biasa. "Selama tanganmu ada di tangannya, begitu juga sebaliknya, maka weton (penanggalan jawa) tak lagi penting. Pernikahan adalah urusan keyakinan dan usaha, bukan mantra-mantra" Mursyid yang mengatakan itu. Lelaki seusia saya yang barusaja menikah beberapa jam yang lalu (23/4). Si perempuan yang juga seusia saya itu tersenyum saja. Kedua pasangan itu --keduanya teman dekat saya-- menikah dengan gembira. Saya juga ikut gembira tentu saja. Kami terkumpul dalam sebuah grup WA dan perkumpulan di dunia nyata yang cukup absurd. Namanya "perkumpulan dulur jahat". Prinsipnya mari menjadi orang-orang jahat yang berbuat baik daripada orang-orang baik yang berbuat jahat. Singkatnya, Kelompok itu terdiri dari saya, amba, ucil, emil, iblis, laila, misbah, puput, pak wo, dan rima....
Aku Berkelana dalam kata dan dalam nyata. Maka, Aku Ada!