/I/. Tersebab darah, tersebab kebencian, juga cinta, kita lupa, kita biarkan api melahap habis rumah terakhir di Dermaga. /II/. Kita terdiam. Kita saling membenci dan mendendam. Hari sebelum peristiwa kobaran api itu, kita sebarkan kemarahan di antara kita pada kampung-kampung seisi pulau. Kita memang tak berani beradu mata di satu meja, kita adalah pemberani, sekaligus juga pecundang, secara bersamaan. /III/. Kita telah merencanakan penyelamatan terbaik. Kita abai pada kerumunan dan mereka yang kelaparan, kita tak peduli pada waktu orang-orang, kecuali memberikan kegembiraan. /IV/. Kita menuntut orang-orang mendengar, tapi telinga kita terlalu tuli untuk melakukan sebaliknya. Kita memiliki cahaya terbaik yang tak tertandingi. Kita tak perduli pada keadaan orang-orang, kecuali mendatangkan kebahagiaan. /V/. Dendam kita begitu membara. Seringkali, kita menambah bara dan minyaknya di persembunyian masing-masing. Kita saling mengamati untuk menca...
Aku Berkelana dalam kata dan dalam nyata. Maka, Aku Ada!