Beberapa puisi ini untukmu. /1/. Pohon-pohon meranggas di sekujur tubuhnya, usia dan waktu berkejaran. pernah kita memandanginya di sana-sini menghitung hari-hari yang ditinggalkan hujan. kita terus saja berbicara menginginkan suatu hari hanya angin, dingin, dan luasnya cakrawala. kau sandarkan kepalamu di pundakku tangan kita berpegangan. Rasanya seperti menggenggam erat seluruh isi dunia ini. /2/. Cat yang belum kering wangi ini akan selalu kuingat dengan cara terbaik yang kumiliki. saat itu, dinding kusam tubuhnya mengelupas oleh lupa dan terabaikan. kita mengingat suasana yang kita inginkan sebelum bulan berganti dengan penyesalan. kuas menyapu sekeliling menghapus kesedihan, dan dendam di balik pintu. perlahan, udara baru masuk dari ruang tamu untuk tinggal dan menetap. dunia ini bukan ruang tunggu kita memang sengaja diundang untuk berbahagia. /3/. Kacamata di atas meja seringkali aku menemukannya
Design by Canva Oleh: Mh Maulana Ia memiliki nama yang jarang dijumpai di antara anak-anak seumuran kami. Saya bertemu dengannya pertama kali di masa sekolah menengah. Saya cukup terkesan dengan sosoknya yang berjalan sebelum kami saling berhadapan. Bentuk wajah dan rambut ikal yang cocok, tangannya yang memegangi rokok dengan terampil, serta celana pendek dan kaosnya yang kusam tapi nampak pantas dikenakan. “Peter,” ucapnya sambil kami saling menjabat tangan. Saya lupa kota ia berasal. Namanya cukup sulit. Untuk memudahkannya, saya biasa mengingatnya dengan sebutan Peter dari Sarajevo. Kalau tidak salah nama kotanya mirip dengan itu. Toh kami juga jarang terlibat pembicaraan yang membahas nama rumit wilayah tempat kami dilahirkan masing-masing. Peter awalnya cukup membuat saya terkesan karena dia bisa memainkan alat musik yang aneh-aneh. Pernah sekali waktu Ia membawa instrumen tiup dari kulit kerang, lalu tetabuhan India yang mirip kendi bolong, serta seruling Cina yang lebih cocok u