PEMILU DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Oleh MH Maulana
Pemilu, beberapa orang mengartikan musim dimana bangsa Indonesia segera menyambut perubahan. Selalu identik dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebangkitan dari keterpurukan yang lampau. Berbagai partai politik pun mengusahakan untuk terjadinya hal yang demikian, entah dengan kepentingan yang berbagai macam didalamnya.
Negara
kesejahteraan (welfare state) adalah impian setiap warga negara. Mungkin ini
juga yang diinginkan filsuf yunani plato dalam negara utopisnya. Juga Apa yang
diusung oleh kaum Renaisans dalam kebangkitan zaman baru. Dimana negara
menjamin kesejahteraan dari setiap masyarakat tanpa memandang perbedaan ras,
suku, agama, dan sebagainya. Juga pemimpin negara yang bisa mengayomi dan
memberikan kebijaksanaan terhadap apa yang menjadi kebutuhan warga negara
tersebut.
Tahun
pemilu kali ini diharapkan menjadi momentum perubahan menuju arah yang
signifikan. Tentunya dengan kesadaran politik yang penuh, bukan sekadar politik
taklid buta. Maraknya permasalahan Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial
(PMKS) menjadi Tugas kita bersama untuk meminimalisirnya, hal ini tentu tak
bisa dipisahkan dengan peran penuh pejabat pemerintah didalam menyusun setiap
kebijakan juga strategi yang efektif untuk menanggulangi masalah yang semakin
marak tersebut. Kemiskinan, ketelantaran, juga kasus asusila yang pasti
membutuhkan solusi yang tidak hanya memberantasnya, tetapi juga membuat
penyandang PMKS tersebut bisa lebih produktif untuk menentukan kualitas
hidupnya.
Kemudian
menyikapi negara kesejahteraan sosial ditahun politik, dibutuhkan kesadaran
politik yang kolektif. Masyarakat, apalagi mahasiswa sebagai kaum terpelajar
jangan mudah terbuai dengan money politik. Keberanian bersikap untuk memilih
pemimpin yang berkualitas dan sesuai hati nurani menjadi harga mati yang utama.
Pemikiran yang rasional menjadi pondasi, apakah uang sogokan politik itu bisa
menjadi jaminan untuk negara yang lebih baik kedepan? Atau jangan-jangan uang
itu akan menjadi gerbang kehancuran negara kedepan?. Ada suatu pernyataan
menarik, jika uang yang diberikan pada kita, umum bahasa yang dipakai adalah
shodaqoh, tentu mengapa ditolak? Tapi untuk urusan di bilik suara itu sudah
urusan rahasia kita bersama Tuhan.
Mungkinkah
pemilu kali ini bisa menjemput kesejahteraan rakyat ? mengutip Prof. Mr. R. Kranenburg, “ Negara
harus secara aktif mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil yang dapat
dirasakan seluruh masyarakat secara merata dan seimbang, bukan mensejahterakan
golongan tertentu tapi seluruh rakyat. Maka akan sangat ceroboh jika
pembangunan ekonomi dinafikan, kemudian pertumbuhan ekonomi hanya dipandang dan
dikonsentrasikan pada angka persentase belaka. Kesejahteraan rakyat adalah
indikator yang sesungguhnya.” Selanjutnya Pemilu sebagai media untuk
mengupayakan hal tersebut dalam fokus kebijakan Pemerintahan harus berperan
efektif, dibalik usaha semua elemen untuk mengusahakan kesejahteraan rakyat.
Maka, peran Pemerintah –terlebih yang terpilih nanti- untuk
Kesejahteraan sosial pada cakupan Mikro, Mezzo, dan Makro harus bisa berlaku
sesuai dengan Amanah yang semestinya. Begitu juga penanganan kasus PMKS, jangan
hanya menjadi wacana atau debat kusir yang berhenti diatas meja, yang
dibutuhkan rakyat adalah bukti dan kerja nyata. Bukan omong kosong yang
dikeluarkan dari mulut berbusa-busa.
Partisipasi
masyarakat dengan kesadaran penuh dan kerukunan semoga bisa mewujudkan Pemilu
yang berkualitas, memilih pemimpin yang berkualitas pula, untuk mewujudkan
harapan bersama, Negara Kesejahteraan. Mengutip pesan untuk pemilu dari Menteri
Sosial kita, Salim
Segaf Al Jufri saat kunjungan kerja di Luwuk Kabupaten Banggai, Provinsi
Sulawesi Tengah, Minggu (16/3/2014) bahwa Kesadaran
dan Kerukunan Sosial mampu meredam konflik sosial yang tahun
ini merupakan tahun politik, masyarakat jangan mudah terpancing dari isu yang
disebarkan oleh orang-orang dan media yang tidak bertanggung jawab untuk
kepentingan pribadi yang jauh dari harapan Pemilu berkualitas. Semoga kita
tetap diberikan kekuatan untuk melawan segala penindasan dan pembodohan yang
terjadi disekitar kita. Selamat menjemput kesadaran
Jogja, 3 April 2014
Comments
Post a Comment