Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

SEMACAM CERPEN KORUPSI

Katakanlah, suatu hari di suatu negeri yang tidak bernama "negeri asalnya" lagi. Korupsi benar-benar tidak ada. Orang-orang mulai berbondong-bondong bangun pagi. Merasa semuanya telah menjadi makmur dan sejahtera. "Tapi ternyata kok belum", kata seorang bapak yang namanya menggunakan kode sekian-sekian-sekian "Iya, masih ada segelintir orang yang berkuasa" kata seorang bapak berkode yang lain "Kita harus demo?" "Hah, ngapain?" Di Negari itu. Katakanlah nama negaranya rada ketimuran "Done se Yain". Korupsi hanya jadi dongeng masa lalu di sekolah kanak-kanak yang tak lagi menggunakan guru-guru di kelas. Biasanya hanya disetelkan pencahayaan 4 Dimensi. Dan guru-guru hanya tinggal melakukan rekaman dari rumah masing-masing. Ya, di rumah mereka yang atap dan lantainya sudah dipenuhi dengan kaca dan alat-alat yang sudah bisa aktif jika hanya disentuh dengan ujung-ujung jari. "Padahal Korupsi sudah tidak

DIBALIKNYA FILM "DIBALIK 98"

Dibalik 98? Ya, inilah salah satu Film yang sedang hangat-hangatnya menjadi pembicaraan di jagad perfilman tanah air, selain film Mery Riana, pendekar tongkat emas, dan Hijab-nya Hanung Bramantyo Mengapa demikian? Saya kira film ini tiba-tiba menjadi penting karena sempat menjadi pembahasan heboh di media sosial. Pasalnya beberapa aktifis 98 semacam Adian Napitupulu (yang perlu kita tanyakan lagi konsistensi aktifisnya) justru pesimis akan jalannya film ini yang nanti dikhawatirkan semakin mengaburkan kejadian 98 yang sebenarnya. Dan Lukman Sardi sebagai sutradara menegaskan bahwa ini bukan film sejarah, ini hanya film fiktif saja. Tapi disisi lain, Chelsea Islan yang ikut memerankan tokoh utama dalam film ini beberapa hari yang lalu justru menyampaikan bahwa anak SMA mestinya nonton Film ini. Biar tahu sejarahnya Indonesia. "Loh ya, piye to?" Dan hari itu (20/1) beberapa teman mengajak saya menonton film tersebut di XXI Ambarukmo Plaza. Karena tidak baik meno

SI KUNING DAN PANTAI SOMANDENG GUNUNG KIDUL: SEBUAH PERJALANAN NEKAT DAN PENUH KEAJAIBAN

Libur telah tiba libur telah tiba hatiku gembira (Tasya) Akhirnya UAS sudah selesai, meskipun sepertinya kuliah (kok) masih lama. Tapi yang penting sekarang adalah musim liburan. Ya, memang membicarakan liburan, kita tidak bisa melepaskan diri dari peran revolusi bumi. Dimana revolusi itulah yang membuat musim di bumi terbagi menjadi dua. Yaitu musim liburan dan musim tidak liburan. Dan saya sebagai makhluk tuhan paling keren (Duh!), tentu saja lebih memilih musim liburan sebagai pasangan hidup saya. Halah! "Januari abu-abu. Langit mendung menggantung murung. Jalanan jogja basah; Pasrah" Hari itu (17/1) Hujan mengguyur awet kota Jogja. Rencana keberangkatan ke Gunung Kidul bersama Si Kuning setelah dzuhur terpaksa harus ditunda. Sehingga kita (Saya dan daus) memilih santai dahulu, menikmati film "flashdisan" sembari minum kopi di kos Wisnu (sebagai pengembara "no maden" tentunya). Hujan reda kira-kira jam 5 Sore. Karena kita sud

MENGAPA SAYA HARUS NGGAK SUKA FILM KETIKA TUHAN JATUH CINTA

Dunia perfilman tanah air memang sedikit memberi angin segar hari-hari ini. Pasalnya, beberapa film yang mengutamakan kualitas mulai digarap. Seperti: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Pendekar Tongkat Emas, Dibalik 98, juga Film-Film dokumenter semacam Jagal dan Senyap. Hal ini juga ditandai meredupnya film hantu-hantu "porno" di pasaran. Sebetulnya saya memang kurang begitu serius berkosentrasi pada perkembangan film tanah air sampai mancanegara. Tapi, suatu hari --entah kapan, lupa-- saya meyakini bahwa tiga hal ini dapat berpengaruh pada kehidupan seseorang: Buku yang kita baca, Film yang kita tonton, dan orang yang kita jumpai. Sehingga saya pun berkeyakinan bahwa hidup pasti begitu suram tanpa menonton film. Dalam kesempatan ini, ketika saya sedang kegiatan no maden di salah satu kontrakan teman, saya menemukan folder film ketika Tuhan jatuh cinta (2014). Sontak langsung saya putar film tersebut dengan tekhnologi ghaib KMP Player --Perlu saya beritahu ya sodar

KETIKA JOGJA MEMBOSANKAN ; AKU KANGEN RAI-RAIMU, CUK

Tiga hari liburan --sementara-- UAS membuat suasana Jogja --sangat-- tidak asik. Sumpah! Bagaimana semangat sekadar menyapa matahari di luar kamar berasa seperti filsuf sartre ketika berteriak orang lain adalah neraka. Aih! Entahlah, cuaca Jogja barangkali memang sedang bipolar disorder, hujan dan panas terjadi secara tiba-tiba --pun seperti tanpa tanda-tanda. "Yok opo kabarmu, Mbot? Wis ngopi durung?" Jogja semakin ramai. Rencana AdvenTouring tiga hari untuk mencoba angin dan dingin di perbukitan Menoreh Kulon progo gagal. Ditambah Suasana Jogja yang membosankan ini parahnya dibarengi UAS dan hari Libur UIN yang nanggung. Fak lah pokok'e. Gak ngunu, Cil? Ketika saya sedang semangat bermalas-malasan inilah tiba-tiba wajah kalian yang imut-imut nggateli tiba-tiba muncul seperti pelangi di dalam kamar kos-kosan (kos-kosan teman tentunya, karena sampai detik ini status saya adalah no maden semenjak pisah ranjang tapi tetap satu hati dengan Ucil). Maka, ket

BUKIT BINTANG WONOSARI ; SEMACAM PERJALANAN SELO SI KUNING BERSAMA TEMAN-TEMAN

Entah kenapa hari-hari ini saya begitu bernafsu melihat foto gunung, hutan, sungai, dan lampu-lampu kota. Tapi saya pikir itu nafsu yang baik, karena sepertinya kok tidak ada yang jadi korban. Sepertinya loh ya! Sampai hari jumat (9/1) setelah semangat bermalas-malasan seharian. Saya merasakan kematian saya begitu dekat kalau tidak segera keluar kamar mencari angin segar atau sekadar menyaksikan pemandangan mbak-mbak yang lewat di jalan. Duh! Dan keputusan hari itu saya putuskan secara tidak demokratis bersama Daus dan si Kuning. Kita ke Solo. Lalu yang terjadi adalah demo kecil-kecilan oleh si Kuning sehingga keputusan solo dibatalkan. Sebelum hari itu saya dan teman-teman memang berencana hendak terbang ke Kulon progo. Mencoba pemandangan baru di perbukitan menoreh, tapi rencana ini pun gagal. "Haduh, Semua rencana kok gagal ya. Jangan-jangan ini kena kutukan UAS Kampus" Saya pun kemudian bersumpah, pokoknya hari ini saya harus keluar. Kalau tidak, s

PERJALANAN UJIAN MENTAL SI KUNING, BALADA TAHUN BARU WONOSOBO SAMPAI SIHIR SERAYU BANJARNEGARA

Oleh : MH Maulana "Sebaiknya kita kembali. Cari jalan yang lebih lurus dan landai panjang. Tidak sampai banjarnegara. Tidak apa-apa" Kalimat kepesimisan itu tiba-tiba keluar di jalanan menanjak daerah magelang setelah melewati jalanan borobudur. Malam gelap. Tidak ada kunang-kunang. Beberapa jam sebelumnya (31/12), Kami berempat (Aku, daus, boim, dan galih) membuat rencana dadakan untuk AdvenTouring (ini istilah yang kita bikin) ke Banjarnegara. Lewat rapat (tidak) penting itu akhirnya diputuskan secara sah bahwa kita akan berangkat siang hari. Dengan bekal dan nyawa seadanya kita membawa dua motor (si kuningnya Daus dan motornya galih) siap untuk menjejaki jalan raya, perbukitan, dan dingin plus seramnya malam. Jogja panas, sekitar pukul setengah Empat sore kita berangkat (Huh, dasar jadwal karet). Sebelumnya saya dan daus mengantarkan si Bero (motor dinas komunitas) terlebih dahulu ke Maguwo. Si bero sedang sakit. Remnya lumayan blong dan mesinnya se

5 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ULTAH KOMUNITAS "NAMA"

Oleh : MH Maulana Meskipun telat ngaplud di blognya. Tapi no what what lah. Soalnya ini adalah salah satu usaha p3k (Pertolongan Pertama Pada Kenangan). Nah! Akhirnya orang-orang itu pun --dalam hal ini : kita-- sok sibuk (padahal yo gak blas) menyiapkan slametan Satu tahun "NAMA" (Loh, kok wis setahun?). Tapi kita perlu aplus dulu --meskipun mekso-- pada sodara Irwan FA yg menyempatkan melukis ketika matahari terbit (menurut keterangannya itu sebagai ritualnya, padahal yo ape dilukis pas bengi, tapi keturon, halah Wan, kebiasaan) Lalu Mas MA Rahman yang menyempatkan diri menata bola biliard menjadi --sangat-- bermakna (padahal gampang banget kui Mon) jauh-jauh hari sebelum tanggal 11. Kemudian, saudari Diajeng Galuh yang mengaplud Foto eksotis siluet pendakian Prahu. Hemm... So suit sekali. Tapi satu catatan, Beberapa hal tersebut janganlah Lantas memabukkan kita (apalagi mual-mual) untuk NAMA kedepannya. Karena bertambahnya umur pas Ulang tahun selalu terkait deng

BALADA SENJA DAN PELANGI YANG KURANG WARNA. Buat Oca

Oleh : MH Maulana Pada awalnya jingga mengiris dan hujan selalu gerimis di matamu yang penuh tangis lalu diam --entah mendiamkan-- menjadi sunyi dari rimba sepi yang belantara "Apa yang ditinggalkan senja selain kepedihan dan rindu yang keparat?" Tanyamu Entah mengapa, sendu merupa takut tak bernama sementara dingin menjadi sebab tak berantara "Kita sudah jarang melihat pelangi di cakrawala" Gumamku "Tapi kita selalu butuh pelangi" Bantahmu lalu, dari pekat kesepian dan terburu-buru, pulang telah memburu menjadi lari terpurba meninggalkan semua nyata "Pergilah untuk pulang dan kembali" (Aku dengar ada yang bersuara) Bukan airmata tak sanggup keluar, lantas menjadi puncak kesedihan sebab airmata adalah malaikat penyelamat rasa sedih juga pedih dari dunia kita yang sementara namun kita seringkali gagal memahaminya b

BUAT DIK TINA YANG KANGEN RUMAH

; Tlatah Banjarnegara Melihat senyummu, Dik  ada yang runtuh dari derita kehidupan meski ingatan tentang rumah sering mengganggu mimpimu tapi tawamu, dik telah gugurkan segala pedih di usiamu yang belum penuh. kau tanggung airmata  kemanusiaan yang luruh O, Dik tina, jika suatu hari telah sanggup kuputar awan jadi salju --seperti cita-citamu-- kan kuturunkan tepat diatas tanganmu sebagai darma dari segala nyawa yang belum sempat merupa dalam segumpal nyata O, Dik Tina kini. tanah dan airmu telah menyatu menjadi rumah yang lebih baik  --pada suatu tempat yang dijanjikan-- untuk berpulang kelak Dik Tina Banjarnegara, 2014

JALANAN

; menuju Banjarnegara Di jalanan, kita menghitung ingatan tentang kemanusiaan sebelum lupa dan luka menghapus memar setiap peristiwa sebab telah begitu banyak yang kita tinggalkan tentang cerita yang belum usai dan tragedi kepedihan yang tak mau lagi kita ulang setiap penggal episodenya tapi Jalanan, terlalu sentimentil, Sayang. ditambah hujan --yang selalu kita anggap airmata dewa-dewa itu-- terlalu jujur untuk menutupi dusta bahwa kita ketakutan menghadapi segala yang ditawarkan kehidupan seperti sakit hati, rasa bosan, dan kesepian juga bencana, bahkan kematian yang datang tiba-tiba maka, gelap malam kita --menjadi doa paling sepi yang menjemput pagi -- yang menjadi tempat kita bertamu pada nyata. Lalu bersama senja --kita berlutut pada kata semoga Allah ma'akum (Banjarnegara, menuju lokasi pengungsian, Desember 2014)

BUAT ZAHRA

;Tahun yang berulang Kata itu, Kangen Merupa Lampu pada hari ketika tertanggal dari lahirmu yang suatu hari aku tak ingin punya adik laki-laki sebab ibuk membuatku khawatir jika aku tak lagi dimanjanya pun Abah yang bisa saja  pada hari yang nakal, aku dipukulnya Tapi, takut telah melumut yang dilahap habis ikan pembersih kaca di suatu hujan yang reda pada bulan Desember, ketika hari begitu dingin di Sekolah, telfon berbunyi "Perempuan" dan Suara telfon itu, menjadi bisik terhangat, yang kemudian juga mengabarkan ibuk baik-baik saja aku melihatmu "Ciluk Ba" Sungguh bola matamu yang mungil, belum mampu ku terjemahkan menjadi luas dunia mu ketika kecil Aku hanya, bisa bahagia melihatmu perempuan yang mulai tak lagi aku ingat apa alasannya Perlahan sekali kau tertawa sebelum kau sendiri tahu kalau, itu namanya tertawa ata

NGAWI ; MASIH PERJALANAN HATI DAN KEINGINAN UNTUK CEPAT NIKAH (bagian 3 selesai)

Ngopi bareng mbahnya Irwan Oleh : MH Maulana Kami masih belum mengerti. Mengapa hanya dengan melihat wajah mbah-mbahnya Irwan sudah bisa membuat kami bahagia. Pasalnya senyum dan tawa alaminya tak pernah tidak hadir dalam setiap pembicaraan --mengenai apapun (rasanya adem ayem banget lah). Adegan berikutnya : kopi hitam ngawi datang (yes!) Seperti biasa kami langsung sruputt sruput. Pembicaraan pun dilanjutkan kembali. Kali ini mengenai kelinci. Dan kami langsung diajak melihat kelinci di ruang belakang. Wauw. Banyak sekali ternyata. (sambil dinyanyiin ya) Ada yang hitam. Dan Ada yang putih. Setiap hari dirawat semuanya. Kelinci-kelinci. Semuanya indah. Duh!  kelinci... cup.. cup... :D Kelinci bayi Setelah puas melihat-lihat, Kami sempat mau ditawarin kelinci goreng bumbu. Tapi naluri kekelincian saya memberontak, "Jangan mbah, nanti kalau kelincinya disembelih kasihan, kelincinya bisa  nangis." dan saya hanya mendapat tawa-tawa beliau.