Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2014
HARI BUMI ; SEBUAH ENTAH Selamat ulang tahun Bumi Selamat ulang tahun Di atas semesta coba kita rayakan, tanpa tepung, tanpa telur, tanpa kejutan, tanpa kembang api. Bumi. Lihatlah Semesta, atau Semesta lihatlah Bumi. Di atas tanah yang begitu subur tertanami pabrik dan gedung-gedung. Juga sedikit pepohonan dan aneka bunga. Bagaimana Bumi menjelaskan tentang kehidupannya? Sungai yang meliuk, ngarai yang dalam, rimba yang rahasia bukan jawaban tepat untuk Bumi menjelaskan kelahirannya. Atau memang sebenarnya kamu tak pernah lahir, dan kami orang-orang nganggur merayakan perayaan kebohongan? Bumi, Bumi Berkali-kali kamu ingin dijaga orang-orang, denagn teriakan “jaga Bumi untuk anak-anak kita. Save our earth, bla bla bla” lalu setelah teriakan selesai, penjagaan dan penyelamatan pun selesai. Kamu tahu Angin kan Bumi? Ya, dia hanya lewat. Selamanya hanya akan lewat. Oh iya, bukankah hari ini ulang tahunmu? Dan kita tidak boleh membicarakan kesedihan dan keben
RUTINITAS Seperti biasa. setelah aku dan rembulan selesai bercengkrama. Kita kompak untuk mengatakan "Selamat tidur, Matahari"  Jogja, 2014
SANDALKU Sandalku memang seperti tak berjodoh. Tapi dia saling melengkapi. Terus beriringan. Tak membiarkan salah satunya merasa kehilangan. Dan yang jelas. Dia tak pernah peduli. Kalau diantara mereka ada perbedaan yang nyata. Jombang, 2014
AGAMA Ia mencoret-coret kain itu. mewarnainya pelan-pelan. hampir tiga jam. dilihat-lihat kembali hasil goresannya. "Asyik... akhirnya, Agamaku jadi juga"  Jogja, 2014
GADAI Seluruh harta Eudri sudah ludes dijarah tagihan hutang. dia pasrah. frustasi. esoknya dia pergi ke pegadaian. dengan wajah melas dia menemui petugas "Ada yang bisa dibantu, Mas?" "Ini mbak, Saya mau menggadaikan Tuhan, kira-kira berapa ya uang yang bisa saya terima? Jogja, 2014
Kabar dari Jogja (3) Apakah penyair tetap harus menyembunyikan kekalahan dari kesunyian untuk lahirnya sebuah Puisi ?  kucoba rangkai kata yang menderas dari langit kehidupan. barangkali beberapa kalimat tersusun merupa sungai. menyapa masalalu kita yang terurai. kemudian mengalir di muara samudera. tempat segala senja dipuja-puja  kuterbangkan takdir, kekasih. mencoba melampauinya. karena dalam semua ada. terjerat penjara kata. lalu kita selalu menanyakan, adakah yang lebih bebas dari kebisuan aksara? kita pun terkadang harus mabuk untuk membicarakan perasaan. karena kesadaran selalu menyembunyikan kenyataan. namun dalam mabuk. beberapa kejujuran yang kita utarakan selalu tak pernah bisa kita ingat. akhirnya kita sepakat. kita memilih diam. suatu jawaban yang juga sering kita bingungkan.  aku kembali berkabar,kekasih. karena sebenarnya kita tak pernah dipisah jarak, hanya kita sulit memahami rentang waktu yang kian berdetak. kabarku, dari kota yang serba tiba-tiba. j
Kabar dari jogja (2) sejarah memang tak selamanya terarah  dan yang tak berani keluar dari kebakuan  selamanya hanya menjadi orang biasa  aku berkabar lagi  meski hujan belum juga kujumpai  ini tentang pengorbanan kawan  apakah ada yang lebih dari ismail  juga tentang ketegaran  apakah masih ada sekuat ibrahim  kita sekarang lebih merasuki esensi, dari apa sampai mengapa  sudah lama perangkap dogma membelenggu, dari diam sampai keterpaksaan  bukankah tugas pencarian belum usai ?  aku berlayar ke tengah lautan, sampai jauh perahu tak mampu bertahan lagi  berenang sendiri tak ada tepi yang terlihat, hanya biru langit menggantung, bahkan aku tak tahu dimana dia sebenarnya berada  tapi manusia selalu punya sesuatu yang tak terkatakan, tapi terbuktikan  kemudian kucoba menuliskan yang kurasa dalam puisi  namun tak tertulis  kucoba melukisnya dalam kanvas  namun tak nampak  sampai kucoba memahatnya dalam batu  namun tak terbentuk  apa y
Kabar dari Jogja (1) lama aku tak berkabar tersesatku di jalan (semoga) kebenaran menuju laut utopia yang lama aku mimpikan aku berkabar dari jogja yang dingin terhempas dari kerinduan yang dibawa angin parangtritis sampai malioboro aku berkabar, kawan sebelum angkringan jogja tinggal cerita dan laut selatan surut airnya diganti airmata siapa menyangka pertemuan dimana mengira perpisahan tempat kita berjala pada pusara waktu yang tak berencana melintas filsafat pada ruang pertaruhan tuhan tuntutan melogika semua yang terlintas di kepala bersama semilir angin tak bermuara apa kabarmu kawan, semoga sehat terus merasuki hari-harimu yang berkeliaran menemani nakal akalmu yang berseliweran di jalan-jalan jogja masih setia berkeraton dimana tak ada merah kuning hijau berebut jadi raja kakimu bisa kemana saja dan pandangmu bisa melekat dimana-mana melukis cerita mengeja makna bahkan mengeja lukisan dari makna cerita
Dimana bapak?* ; Wiji thukul kini aku benar-benar menangis  untukmu, bapak  cepatlah pulang  kita semua menantimu  ayo kita lihat  indonesia sekarang  negara demokrasi  yang dulu kita nantikan  yang dulu kita dambakan  ini merah putih yang dulu kau bayangkan  berkibar suci  sahut-sahutan suara  "merdeka"  pulanglah, pak  tetap kujaga pintu ini  dari komplotan penjajah bapak...  apakah kau mendengar suara kami  suara kerinduan kami padamu, oase kebebasan  umpatan keadilan kami yakin  kau masih ada pak  tersenyum melihat kami  mengacungkan jempol haru  entah di seberang mana   bapak...  jika engkau sudah disisi tuhan  kami percaya  kau rayakan kemerdakaanmu  bersama-Nya  di alam teradil  dari semua tirani  ataupun jurang penindasan Jombang, 2012 *) dibacakan saat peringatan bulan bahasa MAN Tambakberas Jombang 2013
Kubuat saat malam idul adha ketika manusia mulai sadar bukan ketakutan sebenarnya hanya kesungkanan yang kronis malam tak lagi kelam pekat bak ampas kopi hitam kabut api dimana-mana bukan sekadar asap rokok atau api unggun menyala lebih miris, o, raja malam adakah pelarian setelah berhadapan kepastian ? atau menyembah keluhan yang tak nyata o, rindu begitu kejam bagai janda-janda mati dirajam                            ; jahannam kuberi          : kau bersensasi kubaca tai semesta yang terabaikan bila suatu saat dibutuhkan           masihkah ada yang sambung, o, manusia           kecuali asap-asap berbicara           pada hitam di Jenggala sudah, jangan hanya berpikir terlalu keras beri tahu pejalan tentang pikiranmu           dan biarkan keluargamu bahagia           mereka tak mengharap kau hanya pandai berbicara           atau arungi jutaan samudera           hanya menjadi lebih baik darinya pulau takbir tanpa manusia
Doa untuk zaman* tuhan merasuki buku  malaikat menjelma tinta  dan nabi-nabi terus menggores cerita  hanya untuk manusia mau berfikir lebih dalam  bahwa semesta perlu dipahami  perlu dimengerti  hikmah tumpah pada samudera ruah  keruk dan terus muncul lagi  sekalipun di mulut-mulut anjing  ruas cakar-cakar kucing  lauhul mahfudz  terus berjalan  media massa beterbangan  dan negeri kami masih mencari ruh  dari jasad pendidikan  koyak-moyak  mencetak nabi-nabi palsu  meramu koruptor-koruptor baru  sementara diseberang sana belulang kelaparan  jadi tepuk tangan  arwah gentayangan  korban bunuh diri  berdo'a  agar semua usai  tumbal-tumbal peradaban  demi kemajuan zaman Jombang, 2013   *) dimuat dalam antologi bersama kembalilah siswa-siswa semesta trenggalek 
BUBAT akan tiba saat kuasa jadi cerita  bersama sejarah menggores luka  kami tak bisa salahkan kau, gajah mada  cinta bukan anak kekuasaan  atau ambisi penerus tahta  mungkin kita bisa sembunyikan  namun indera kadang-kadang cermin kebenaran   wanita dicipta untuk indah untuk cinta yang kadang tak beralasan  melangkahi politik  menghujam kuasa raya  dia terlalu manis untuk bersembunyi  menyelinap dalam analisa peradaban  yang tak pernah jelas ada dimana  hanya membuahkan tanda tanya dan propaganda  tidaklah salah alam raya  mencumbu jelita  mencipta tahta  dari janin pewaris bidadari  biarlah kisah dimakan sejarah  menjadi cerita pada anak-anak kita kelak  betapa cerita tak pernah lepas  dari cinta dan kuasa  dalam restu jalan maha pencipta  yang tak berkesudahan   jombang, 2013
CINTAKU DI TPS aku telah bersumpah di depan kotak suara bahwa menang atau kalahmu nanti telah kusiapkan diatas ranjang tubuh yang siap menerima kebahagiaan dan penderitaan untuk menampungnya.  Jogja, 2014
RETORIKA TAFAKKUR makhluk terbaik yang diciptakan tuhan adalah manusia ; sempurna bukan surga lantas bagaimana manusia mengejar sesuatu dibawahnya  buta retorika mencabik harapan eksotika akhir mabuk kulit keindahan berputar-putar takut harap meliar ambisi phobia terkapar permenungan semesta raya mengelepak jasad khalifah terbuai arak-arak alam abstrak melela membuai aroma wewangian surealis sampai mistis betapa akal tak pernah sama sekalipun dalam atom sampai quarknya sesekali alam raya menyimpan kuasa analisa untuk lebih dekat mendekap  mendalam hempas nafas  beterbangan bak kapas-kapas terbuai kulit tak abadi mencari isi penuh misteri jombang 30-3-13