Skip to main content
Kabar dari Jogja (1)

lama aku tak berkabar
tersesatku di jalan (semoga) kebenaran
menuju laut utopia yang lama aku mimpikan

aku berkabar dari jogja yang dingin
terhempas dari kerinduan yang dibawa angin parangtritis
sampai malioboro

aku berkabar, kawan
sebelum angkringan jogja tinggal cerita
dan laut selatan surut airnya
diganti airmata

siapa menyangka pertemuan
dimana mengira perpisahan
tempat kita berjala
pada pusara waktu yang tak berencana

melintas filsafat pada ruang
pertaruhan tuhan
tuntutan melogika semua yang terlintas di kepala
bersama semilir angin tak bermuara

apa kabarmu kawan,
semoga sehat terus merasuki hari-harimu yang berkeliaran
menemani nakal akalmu yang berseliweran
di jalan-jalan

jogja masih setia berkeraton
dimana tak ada merah kuning hijau berebut jadi raja
kakimu bisa kemana saja
dan pandangmu bisa melekat dimana-mana
melukis cerita
mengeja makna
bahkan mengeja lukisan dari makna cerita

semoga aku bisa terus berkabar
meski kebenaran semakin kabur

dan manusia tetap menunggu di penantian
yang entah melaju kemana

maaf kawan, tak kukirim kabar ini bersama perangko ataupun materai
juga tidak lewat amlpop yang semakin tak manusiawi

aku hanya kirimkan,
bersama kerinduan yang tertahan
tanpa paksaan
juga tanpa sogokan


Jogja, 2013

Comments

Popular posts from this blog

Marathon Pertama, Akhirnya

Langit masih gelap. Ribuan orang berbondong-bondong mengenakan pakaian yang semarak dan outfit lari yang lengkap. Mereka semua, dan saya juga, ini rasa-rasanya termasuk sebagian besar orang-orang yang rela tidur sebentar, menempuh perjalanan jauh, berlatih cukup keras, berharap-harap cemas saat undian acak kelolosan, dan mengeluarkan biaya untuk menyakiti diri sendiri demi berlari puluhan kilometer.  Saya berjalan beriringan bersama yang lain menuju garis start. Ada suasana haru, merinding, cemas, bangga, bahagia, dan semangat yang bercampur di sana, seperti potongan perasaan yang melebur halus dan lembut dalam blender jiwa. Sembari melewati jalanan aspal di kompleks candi, rindang pepohonan, dan basah rerumputan setelah hujan, saya mencoba mengingat bagaimana ini semua dimulai.  Saat itu, akhir tahun 2022. Saya mencoba berlari menggunakan aplikasi pengukur waktu, jarak, dan kecepatan dari Nike. Sebelumnya, setelah saya mengalami gejala covid-19 dan mengisolasi diri dua minggu...
PETILASAN ANGLING DHARMA DAN NYAI AMBARWATI Oleh MH Maulana             Desa Bendo, kecamatan Kapas, Bojonegoro menyimpan sebuah tempat unik, mistik, damai, sekaligus kaya sejarah. Tepatnya di sisi waduk Bendo. disana terdapat sebuah tempat Pamoksaan dan petilasan prabu angling dharma da nyai ambarwati. Sebuah tempat menyerupai labirin dengan hiasan batu-batu dan atap dari ilalang kering membuat suasana petilasan terasa rindang dan tenang. Selain itu disisi petilasan ini terdapat waduk bendo yang merupakan tempat pemancingan gratis dengan pemancing yang tak pernah sepi tiap harinya.             Menurut keterangan juru kunci, pak ali. tempat petilasan ini dulunya adalah tempat dimana prabu angling dharma bertemu pertama kali dengan nyai ambarwati dan saling menumbuhkan benih-benih cinta. Selain itu terdapat pula pohon bambu lumayan tinggi yang dipakai sebagai rumah poh...

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se...