Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Menebak Sakitmu Diantara Deretan Proposal dan Naskah yang Belum Jadi

Buat Dik Betapa tidak enak mengunyah makanan favorit kita saat kau sakit. Begitu juga tawa lepas pagi kanak-kanakmu yang lebih membahagiakan dari mendapat arisan belum juga kudengarkan. Seperti basi salam pembuka sembutan aku pun mengatakannya: cepat sembuh, cepat sehat, dan segala kecepatan lain. Mesti belum sepenuhnya tepat. Belum. Dan diantara rentetan tenggat tercatat aku masih saja menebak sakitmu yang entah untuk apa. Bukan. Aku bukan dokter yang lantas menganjurkanmu tiga kali sehari menelan kepahitan palsu. Aku. Seperti halnya kanak-kanak ingin bahagia menuruti keinginannya. Meski tak jarang lalu lebih mencelakai. Kamu lebih berbahaya dari menerobos lampu merah. Aku waspada. Sambil siaga. Sesekali bisa muncul ancaman yang membuatku akan semakin lebih sangat mencintaimu lagi. Kamu pohon kaktus kesayangan. Betapa aku tak akan membiarkannya kekeringan. Jangan sakit. tentu itu ucapan bodoh dan egois. Seperti tukang pos kehilangan alamat surat di muka amplop. Aku mencari sakit

Tiga Komposisi

Buat Dik /1/. Lagrima Pun denting Bercakap tentang kita Yang saling bersandar Dalam kata Tentang jalan berkelok Sebelum kedai kopi itu Tempat dimana ingatan Lupa jalan pulang Lalu tak mau pergi /2/. Romance De Amor Sementara perang batin Pecah Karena kita khawatir Saling tak bisa merawat luka masing-masing Padahal aku butuh bersandar lelah Di rumahmu Tempat dari segala pembatas buku Di setiap yang kubaca Barangkali juga kamu Butuh pemantik api Tuk membakar lilin-lilin Yang kau kumpulkan setiap haru lahirmu tiba Dan kita berdebat Tentang manakah yang akan lebih dulu dilupakan anak-anak Antara capung di rerumputan Atau kunang-kunang di malamnya kegelapan Oh, Sayang Padahal bukankah semua baik-baik saja Di cinta kita Yang sederhana /3/. Canon in D Sementara cinta itu Sendiri kita ikat kuat Agar tak mudah patah kita genggam erat Agar tak gampang jatuh Sampai mawar lupa cara berbunga Sampai lalu tak tumbuh lagi Jogja. April-Mei, 2016