Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2015

Seputar kebudayaan dan masalah kesejahteraan sosial: beberapa pandangan mengenai peran media dan karya sastra kita

Oleh: MH Maulana I. Pengantar Betapa suara WS Rendra sering mengganggu telinga kita (bagi kita yang sering mendengarnya) ...Delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan/ termangu-mangu di kaki dewi kesenian... Lalu dilanjutkan Wiji thukul pun juga ikut bersuara ...Apa guna/ punya ilmu tinggi/ kalau hanya/ untuk mengibuli... Suara-suara itu --tentu saja-- mengusik kenyamanan para (Intelektual dan seniman) pemalas. Tapi tenang, semua bisa terjadi di Indonesia. Memang terdengar aneh jika kita kembali merenungkan negeri yang katanya pernah tentram, makmur dan sejahtera ini. Bahkan dalam penggalan sajaknya, Timur Sinar Suprabana bertanya-tanya: ...Dimana kamu/ kekasihku/ dimana kamu/ Indonesia?// Tapi sayangnya kita tidak sedang membahas siapa tokoh-tokoh itu secara dramatik. Karena kita akan membahas sesuatu yang lain. Sesuatu itu adalah Seputar Kebudayaan dan masalah kesejahteraan Sosial Indonesia. Tentang Mengapa kebudayaan dan kesejahteraan tiba-tiba menjadi sesuatu yang bole

PESAN TIDAK TERKIRIM

Apa kabar waktu yang lalu? Aku kangen, Duh, sudah lama sekali loh --Iya, padahal kita itu ya lumayan sering bertemu. tapi kok aku selalu menjadi orang lain saat bersamamu dan --sekaligus-- bersama yang lain. He'em, mungkin ini yang dimaksud dramaturginya goffmen mengenai Interaksi adalah kesan yang disengaja. Tapi bersamamu, kadang aku bingung --juga sangat mungkin tiba-tiba menjadi bodoh. Saat bersamamu, kadang aku kok merasa harus menceramahimu tapi kok ternyata justru menikmati cerita-cerita kurang penting dan kekanak-kanakanmu. Loh ya, Aku kok tiba-tiba kangen beneran kamu sudah makan? Lagi nonton filem? Atau lagi memikirkan seseorang? "Mbuh lah" Kadang aku punya keinginan aneh. Iya, keinginan untuk bisa berubah wujud. Jadi angin, hujan, burung gereja, cicak, atau apapun lah. Yang penting bisa masuk kamarmu atau sekadar lewat jendelamu. "Buat apa?" "Ya, buat memastikan kamu baik-baik saja. Atau setidaknya aku tahu kamu lagi

To:

kita pernah percaya dan tidak pada apapun yang tak pernah utuh tanpa kau sentuh tanpa kusentuh kita juga pernah ragu dan yakin pada hal mustahil yang tak pernah berhasil tanpa kau ambil tanpa kuambil dan kita juga pernah takut dan kalut pada hal darurat yang tak pernah selamat tanpa kau bunuh tanpa kubunuh tapi kita tahu apa saja telah terjadi dan apa saja telah pergi seperti jauh kita menempuh hingga jatuh seperti rawan kita melawan hingga bosan pun pada akhirnya kita ingin terus berjalan merawat ingatan bahwa dengan bersama kita menyadari, dunia telah berputar dengan tidak semestinya bahwa dunia hanyalah buih di pinggiran kopi hitam yang kita minum sambil terus membicarakan kemiskinan dan kebudayaan yang penuh persoalan di putar arus peradaban tapi kita tetap hanyalah kopi hitam yang bagaimanapun cangkirnya yang bagaimanapun peminumnya, kita tetaplah kopi dengan segala hitamnya