Skip to main content
HARI BUMI ; SEBUAH ENTAH


Selamat ulang tahun Bumi
Selamat ulang tahun
Di atas semesta coba kita rayakan, tanpa tepung, tanpa telur, tanpa kejutan, tanpa kembang api.
Bumi. Lihatlah Semesta, atau Semesta lihatlah Bumi.
Di atas tanah yang begitu subur tertanami pabrik dan gedung-gedung. Juga sedikit pepohonan dan aneka bunga.
Bagaimana Bumi menjelaskan tentang kehidupannya?
Sungai yang meliuk, ngarai yang dalam, rimba yang rahasia bukan jawaban tepat untuk Bumi menjelaskan kelahirannya.
Atau memang sebenarnya kamu tak pernah lahir, dan kami orang-orang nganggur merayakan perayaan kebohongan?
Bumi, Bumi
Berkali-kali kamu ingin dijaga orang-orang, denagn teriakan “jaga Bumi untuk anak-anak kita. Save our earth, bla bla bla” lalu setelah teriakan selesai, penjagaan dan penyelamatan pun selesai. Kamu tahu Angin kan Bumi? Ya, dia hanya lewat. Selamanya hanya akan lewat.
Oh iya, bukankah hari ini ulang tahunmu?
Dan kita tidak boleh membicarakan kesedihan dan kebencian. Bukankah kita masih punya kesenangan dan kebahagiaan untuk dibagi? Minimal kesenangan dan kebahagiaan kita dalam menyembunyikan kesedihan dan kebencian.
Bumi, Bumi
Apa benar kamu bulat? Apa benar juga bahwa sebentar lagi kiamat? Aku ingin bertanya tentang kesabaran, karena kemarin Rendra masih berteriak lantang.
Kesadaran adalah Matahari, kesabaran adalah Bumi, keberanian menjadi Cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
Di mana letak kesabaranmu Bumi? Agar kami bisa menirunya. Adakah yang lebih sabar dari kamu? Mars? Venus? Jupiter? Atau Pluto? Aku mengira dia hanya ada dalam diammu kepada Bumi. Tertanggal hari ini.
Permohonan maaf kami sampaikan pertama kali, karena mungkin hanya di hari ini kami benar-benar mengingatmu. Kemudian terima kasih atas segala hal yang sangat kebanyakan karena tentu terlalu banyak untuk diucapkan.
Yang pasti, kau selalu luar biasa sabar, karena disemua kematian, kau selalu mau menampungnya.
Kepada Bumi,
Apakah benar bahwa Langit Kekasihmu? Dan Hujan adalah wujuh persetubuhanmu? Lalu bayi-bayi itu lahir merupa pohon dan aneka bunga, kamu dan Langit punya cara tersendiri untuk memberikan kasih sayangnya. Lalu, apakah Manusia cemburu, sehingga anak-anakmu itu dibantainya, diratakan dengan tanahmu, ditindihnya dengan bangunan yang berasal dari kekayaanmu.
Bumi, Bumi
Di tanahmu semakin gersang, kau sembunyikan kesedihan.
Di sungaimu yang semakin jarang, kau sembunyikan kepedihan.
Lalu kepada puncak-puncak Gunung, kau bagaikan kebahagiaan kepada senja di pinggir pantai, kau sematkan kemesraan dan tak pernah meminta manusia mengucapkan terima kasih.
Entah, sebenarnya dari apa Tuhan membuatmu, kesabaranmu tak lebih rendah dari para Nabi dan kamu begitu sabar menyembunyikan rahasia. Sampai para filosof dan kaum sains selalu kesulitan, bahkan berdebat darimana kamu bermula kepada Bumi, yang di mana karenu para kekasih hidu.
Dan nyata untuk orang-orang yang mencari atau sudah menemukan terkadang pula, masih kau bagi kesabaranm untuk manusia bersiap menghadapi kenyataan.
Kepada Bumi, di hari ulang tahunmu
Tak ada kado istimewah, juga tak ada sebutan kota istimewah, hanya kami menginginkan atau kau jugan menginginkan kemesraan dan keseimbangan.
Teruslah ajari kami tentang kesabaran dan semoga kami bisa tetap terjaga dalam kesadaran melakukan yang terkecil dari yang paling kecilmemikirkan yang terbaik dari yang paling baik kepada gunung, laut, angin, tanah, senja, embun, jalan raya
Kepada hutan yang masih bisa lebat kembali, sungai yang bisa jernih kembali
Kita optimis, bahwa bumi akan membumi, selamanya akan sangat bisa untuk membumi, membumi, dan membumi


Jogja, 2014

Comments

Popular posts from this blog

Marathon Pertama, Akhirnya

Langit masih gelap. Ribuan orang berbondong-bondong mengenakan pakaian yang semarak dan outfit lari yang lengkap. Mereka semua, dan saya juga, ini rasa-rasanya termasuk sebagian besar orang-orang yang rela tidur sebentar, menempuh perjalanan jauh, berlatih cukup keras, berharap-harap cemas saat undian acak kelolosan, dan mengeluarkan biaya untuk menyakiti diri sendiri demi berlari puluhan kilometer.  Saya berjalan beriringan bersama yang lain menuju garis start. Ada suasana haru, merinding, cemas, bangga, bahagia, dan semangat yang bercampur di sana, seperti potongan perasaan yang melebur halus dan lembut dalam blender jiwa. Sembari melewati jalanan aspal di kompleks candi, rindang pepohonan, dan basah rerumputan setelah hujan, saya mencoba mengingat bagaimana ini semua dimulai.  Saat itu, akhir tahun 2022. Saya mencoba berlari menggunakan aplikasi pengukur waktu, jarak, dan kecepatan dari Nike. Sebelumnya, setelah saya mengalami gejala covid-19 dan mengisolasi diri dua minggu...
PETILASAN ANGLING DHARMA DAN NYAI AMBARWATI Oleh MH Maulana             Desa Bendo, kecamatan Kapas, Bojonegoro menyimpan sebuah tempat unik, mistik, damai, sekaligus kaya sejarah. Tepatnya di sisi waduk Bendo. disana terdapat sebuah tempat Pamoksaan dan petilasan prabu angling dharma da nyai ambarwati. Sebuah tempat menyerupai labirin dengan hiasan batu-batu dan atap dari ilalang kering membuat suasana petilasan terasa rindang dan tenang. Selain itu disisi petilasan ini terdapat waduk bendo yang merupakan tempat pemancingan gratis dengan pemancing yang tak pernah sepi tiap harinya.             Menurut keterangan juru kunci, pak ali. tempat petilasan ini dulunya adalah tempat dimana prabu angling dharma bertemu pertama kali dengan nyai ambarwati dan saling menumbuhkan benih-benih cinta. Selain itu terdapat pula pohon bambu lumayan tinggi yang dipakai sebagai rumah poh...

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se...