Skip to main content

5 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ULTAH KOMUNITAS "NAMA"

Oleh : MH Maulana

Meskipun telat ngaplud di blognya. Tapi no what what lah. Soalnya ini adalah salah satu usaha p3k (Pertolongan Pertama Pada Kenangan). Nah!


Akhirnya orang-orang itu pun --dalam hal ini : kita-- sok sibuk (padahal yo gak blas) menyiapkan slametan Satu tahun "NAMA" (Loh, kok wis setahun?). Tapi kita perlu aplus dulu --meskipun mekso-- pada sodara Irwan FA yg menyempatkan melukis ketika matahari terbit (menurut keterangannya itu sebagai ritualnya, padahal yo ape dilukis pas bengi, tapi keturon, halah Wan, kebiasaan) Lalu Mas MA Rahman yang menyempatkan diri menata bola biliard menjadi --sangat-- bermakna (padahal gampang banget kui Mon) jauh-jauh hari sebelum tanggal 11. Kemudian, saudari Diajeng Galuh yang mengaplud Foto eksotis siluet pendakian Prahu. Hemm... So suit sekali. Tapi satu catatan, Beberapa hal tersebut janganlah Lantas memabukkan kita (apalagi mual-mual) untuk NAMA kedepannya. Karena bertambahnya umur pas Ulang tahun selalu terkait dengan keberkurangan. Barangkali benar, hanya ketika peristiwa ulang tahun, bertambah dan berkurangnya usia terjadi secara bersamaan. Sekali lagi, cobaan dan tantangan akan menghampiri, kopi dan rokok harus tetap terpenuhi (Maaf, yang belum ngopi dan merokok). Pada akhirnya tulisan ini sengaja penulis (Ah Sen, mosok penulis) fokuskan dan garisbesarkan pada Lima hal utama yang akan menjadi konsentrasi sekaligus refleksi pada Ulang Tahun NAMA.

1. Jumlah rambut kumis pelukis kita, Irwan FA

inilah yang akan menjadi catatan kuantitatif mengenai jumlah rambut-rambut halus (eh bukan, rambut-rambut kasar ae) pada kumis irwan. Memang belum ada investigasi langsung mengenai data di lapangan berapa sebenarnya jumlah rambut-rambut kasar pada kumis pelukis Kita Irwan FA (semoga setelah ini mas Irwan bersedia menghitungnya sendiri), tapi yang jelas kumis beliau --yang cita-citanya digondrongkan-- bisa sebagai hitungan usia NAMA. Ya, mungkin bisa kita bayangkan sejenak kumis beliau dan Usia NAMA yang ke-10 Tahun. Semangat perawatan ya mas Irwan, jangan lupa di-Sampo.

2. Puisi-puisi terselubung Asep ul Umam

Penulis sungguh masih penasaran, mengapa nama syaiful Umam tiba-tiba bisa menjadi Asep. Padahal orangnya sendiri juga bukan jawa barat (mung wajahe ae nge-rembang), tapi sangat tidak penting sekali membahas itu, biarkan saja menjadi urusan keluarganya. Karena ini adalah mengenai Puisi penyair "terselubung" kita itu, saking terselubungnya sampai-sampai beberapa puisinya ke-delete, kebuang, dan kemakan rayap. Tapi temen-temen harus berusaha mengungkap puisi-puisinya itu. Karena dalam puisi penyair "terselubung" kita itu banyak pelajaran tentang kehidupan dan kematian (neg puisi cinta, wis ojo takon, jelas wis akeh banget. opomaneh kanggo peri kecil). Sebagai bahan refleksi tentu sangat dianjurkan bagi kita untuk membaca puisi-puisinya.

3. Keberadaan Ijul

sodara kita yang satu ini adalah bagian dari keluarga NAMA yang ekslusif dan eksekutif (seperti kereta), karena keberadaannya sulit ditebak. Entah pada saat itu dia sedang mangkal di Stasiun yang mana. Karena sebenarnya sodara Ijul sangat penting untuk kegiatan kita. Keberadaannya bisa membuat gentar amerika, membuat lari israel, apalagi pejuang-pejuang agama Radikal-radikalan. Jadi dibutuhkan kita untuk bisa selalu mengetahui keberadaannya. Karena sodara Ijul pada akhirnya sangat sekali dibutuhkan. Hal ini juga untuk menghindari kejadian lempar-lemparan kacang di Forum. Mungkin setelah ini kita bisa menempelkan sinyal GPS di rambutnya yang penuh dengan eksplorasi kesenian.

4. Suara Reres di Radio

Barangkali suara termerdu setelah ombak adalah suara sodari Reres atau yeyes (wauw, masak?). Mungkin kita memang belum sering mendengar, tapi setelah hari ini mestinya kita harus sering mendengar, meskipun hanya lewat mimpi. Dari suaranya, diharapkan memang bisa mengisi Cakrawala NAMA yang kosong. Apalagi hati kita yang sering merasa kesepian. Semoga suaranya pun bisa mengisi frekuensi radio, entah sebagai apa. Biar suatu hari NAMA pun hadir dalam suara kresek-kresek Radio. Satu langkah sebelum ke televisi. Ayo beb, semangat.

5. Masa depan motor dinas "Si Bero"

Inilah yang harus kita upayakan bersama. Kesejahteraan motor mio matic biru si Bero. Seperti yang kita ketahui bersama. Bensin yang boros, rem depan belakang yang lumayan blong, spion yang hilang sebelah, Oh lengkap sudah. Padahal Motor dinas dari mas hepi ini semacam messiah yang progresif dan revolusioner (Halah, Sen) yang sering menyelamatkan pengajar yang kekurangan motor juga perut-perut yang kelaparan di malam hari (Oh mulia sekali kau, si Bero). Perlulah upaya kita untuk semacam memodivikasi si bero, barangkali dengan menambahkan pedal atau baling-baling bambu sebagai antisipasi kehabisan bensin di Jalan (selamat buat yang pernah merasakannya). Bicara NAMA tidak bisa lepas juga dari kehadiran si Bero. Semoga kau panjang umur, Nak.

Lima Hal yang kebetulan menjadi catatan tersebut semoga bisa menjadi refleksi kita bersama. Juga rencana pendokumentasian kenangan-kenangan kita bersama. Karena ingatan tak sanggup mengenang semua peristiwa dan kejadian. Seperti yang disampaikan adipati dolken di Film Malaikat tanpa sayap, "Otak sering nyaring, mana yang harus diinget dan mana yang nggak" kemudian yang terakhir, buat sodara sodari semua : Ojo Lali Ngopi

(Diketik dengan Hp, warung kopi Mato buat ultah NAMA, 11 Desember 2014)

Comments

Popular posts from this blog

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se

Kau, Cahaya

Di hadapan pintu kebahagiaan. Kesedihan menyeruak, membawa pedih, menggigilkan tubuh waktu sebelum keberangkatan. Segala yang bernyawa, berujung tiada. Pada keheningan itu, sebelum maut. Nama umat yang kau sebut Seorang penyair melagukannya. Sebatang pohon kurma menangis, tatkala kau pergi. Air matanya luruh melebur embun shubuh. Kesejukan pagi itu, angin yang berhembus di sekitarnya, dan tangis yang belum berhenti, seperti pertanda perasaan kehilangan, yang akan selamanya. Tapi mengapa nama umat yang kau sebut, bukan sorga, juga bukan Tuhan yang menciptakan semuanya, saat kematian itu tiba?  Kau manusia. Mengembala. Berniaga. Bersedih dan bercanda. Dan di hatimu, terbuat dari apa relung sanubari itu, begitu hidup, begitu luasnya. Begitu jernih, menarik semuanya.  Kau yang penuh cinta.  Cahayamu terbit dari kegelapan suatu masa. Pendarnya membuat orang-orang menghampirimu. Bahkan di hari lahirmu, orang yang kelak sangat membencimu, pernah begitu bahagia. Ia haru, ia merdeka

Selamat Ulang Tahun, Istriku

Beberapa puisi ini untukmu.   /1/. Pohon-pohon meranggas di sekujur tubuhnya,  usia dan waktu  berkejaran.  pernah kita memandanginya  di sana-sini  menghitung hari-hari  yang ditinggalkan hujan.  kita terus saja berbicara  menginginkan suatu hari  hanya angin, dingin,  dan luasnya cakrawala.    kau sandarkan kepalamu  di pundakku  tangan kita berpegangan.  Rasanya seperti  menggenggam erat seluruh isi dunia ini.    /2/. Cat yang belum kering  wangi ini akan selalu kuingat  dengan cara terbaik  yang kumiliki.    saat itu, dinding kusam  tubuhnya mengelupas  oleh lupa  dan terabaikan.    kita mengingat suasana  yang kita inginkan  sebelum bulan berganti  dengan penyesalan.    kuas menyapu sekeliling  menghapus kesedihan,  dan dendam  di balik pintu.    perlahan, udara baru  masuk dari ruang tamu  untuk tinggal  dan menetap.    dunia ini bukan ruang tunggu kita memang sengaja diundang  untuk berbahagia.   /3/. Kacamata di atas meja    seringkali aku menemukannya