Ngopi bareng mbahnya Irwan |
Oleh : MH Maulana
Kami masih belum mengerti. Mengapa hanya dengan melihat
wajah mbah-mbahnya Irwan sudah bisa membuat kami bahagia. Pasalnya senyum dan
tawa alaminya tak pernah tidak hadir dalam setiap pembicaraan --mengenai apapun
(rasanya adem ayem banget lah).
Adegan berikutnya : kopi hitam ngawi datang (yes!)
Seperti biasa kami langsung sruputt sruput. Pembicaraan pun
dilanjutkan kembali. Kali ini mengenai kelinci. Dan kami langsung diajak
melihat kelinci di ruang belakang. Wauw. Banyak sekali ternyata. (sambil
dinyanyiin ya) Ada yang hitam. Dan Ada yang putih. Setiap hari dirawat
semuanya. Kelinci-kelinci. Semuanya indah. Duh!
kelinci... cup.. cup... :D |
Kelinci bayi |
Setelah puas melihat-lihat, Kami sempat mau ditawarin
kelinci goreng bumbu. Tapi naluri kekelincian saya memberontak, "Jangan
mbah, nanti kalau kelincinya disembelih kasihan, kelincinya bisa nangis." dan saya hanya mendapat
tawa-tawa beliau. Sambil mereka tetap menawari lagi, "Lha gelem ora?"
kali ini saya hanya menggelengkan kepala. (dungaren Sen, menolak makanan.
Heleh. Sok-sok-an lah)
Kami kembali ke ruang tengah yang ademis, ayemis, dan
sederhanais. Tiba-tiba datang seperangkat nasi, ikan kali, ikan asin, dan
sambal hijau. Meskipun kami habis makan, tapi tak baik mem-PHP masakan yang
sudah ada di meja. Jadi, Bismillah, aem aem. Yeah!
Makan sudah, ngobrol sudah, sholat di masjid (ehem) tadi
juga sudah. Sekarang kami minta nasehat dan didoain sama mbahnya Irwan.
Allahumma... (kami mengamini).
Perjalanan pun dilanjutkan, kali ini menuju pondok bekas mas
Irwan dulu sanlat (pesantren kilat). Sesampai disana, kami disambut asik.
Ngobrol santai di belakang masjid --yang langsung berhadapan dengan sungai, alaminya rimbun bambu, santri yang
mancing, dan siluet senja yang
mengintip. Lagi-lagi ada damai menyelimut jiwa. Oh!
Iqamah maghrib berkumandang. Kami memasuki masjid,
Sholat (Sholat rek, mosok ngeces Hape).
Disini terjadi kejadian lucu yang sengaja tidak penulis ceritakan. Silahkan
bertanya sendiri sama mas Irwan.
Serampungnya Maghriban kita "Cau" ke rumah mbaknya
Irwan. Tidak jauh dari masjid. Dan disana. Apa sodara-sodar. Kita belajar
berumah tangga.
Mbaknya Irwan tinggal bersama suami dan satu anaknya yang
masih balita --yang tentunya saling menyayangi. Lagi-lagi kopi datang, kali ini
ditambah jajanan kuliner khas Ngawi, Kripik Tempe. Kami mengobrol sambil
menahan tawa ketika lagi-lagi Irwan dikatain kurus banget apa di Jogja tidak
keurus (Dalam hati saya ingin menambahi. Itu juga karena Cinta, Mbak).
Pasangan Suami Istri ini begitu kompak mengurus si Anak
(karena kebetulan doi lagi rewel). Digendongnya bergantian. Yang satu ngobrol.
Yang satu ngajak si Anak ngelihatin bintang diluar rumah. Romantis lah pokok.e
(Kita kapan Wan, Mon)
Dan malam semakin malam. Agenda berikutnya : ke Alun-alun
Ngawi. Perlu sodara-sodara ketahui bahwa alun-alun Ngawi ini adalah alun-alun
terbesar di Jawa Timur. Oke, yuk Buktikan.
Memang benar, luas banget ditambah malam minggu. Ramai pol
lah. Disana, Kita sempatkan minum Es Degan sambil ndengerin sholawatan live
dari panggung utama alun-alun. Namanya mafia sholawat (artinya manunggaling
fikir lan ati nang sholawat), kami pun menyempatkan mampir masjid agung Ngawi.
Dan habis itu, Pulang (sedikit catatan, parkir di masjid adalah 5000 per motor,
bayangpun!. Tapi mungkin juga ini disebabkan karena ada acara)
Sesampai di rumah, kami tidak langsung berhenti atau
istirahat. Kami justru diajakin Irwan ke
temannya yang besok mau nikahan. Oke, no what what.
Dan di sana, kami ngopi (lagi), nglinting rokok asoy dan
ngobrol sama mas Nasikh yang besok nikah sama mbak Laila. Memang sih, mas
Nasikh kelihatan santai, tapi juga sibuk mikir akan wisuda ke-laki-laki-an-nya
besok. Kami ngobrol sambil ikut mendekor tulisan "Mohon Doa Restu",
"Sugeng Rawuh", de el el (juga tak lupa di tipi, chelsea menang 2-0
atas Hull city. Catat!)
Kami lumayan capek. Waktu menunjukkan pukul setengah tiga
pagi. Dan kami memutuskan pulang. Tidur bung! Dan Kami tidur dengan harapan
mimpi yang sama. Nikah!
Esok paginya, karena lumayan buru-buru. Kami menyantap nasi
pecel bungkusan (tapi enak rek, yakin) di meja. Kemudian mandi. Ganti pakaian
--baju koko-- langsung menuju tempat nikahan.
Suara rebana terdengar mendayu-dayu, bacaan ayat suci,
deklamasi MC, kursi yang berderet, asap rokok yang berkebul, anak-anak berlari.
Suasana Nikahan memang harus mengenang. Karena --menurut hemat saya--
pernikahan bukanlah pernikahan antar dua individu saja, tetapi juga antar
keluarga, antar agama, antar kota/desa, dan juga. Antar kebudayaan.
Kami duduk-duduk santai. Dan seperangkat nasi rames beserta
--salah satu minuman kuliner khas ngawi seperti wedang ronde atau kolak yang
dicampuri kacang dan roti-- wedang Camue datang. Makan lagi. Siaap.
Di Acara Nikahan |
Disini kami dengan bayangan dan keinginan yang sama :
(lagi-lagi) pengen cepet nikah (semoga yang dipengeni juga ngrasain. Amin)
Setelah menghadiri acara nikahan. Kita pulang. Ganti
pakaian. Istirahat sebentar. Sambil bersiap-siap menuju tujuan terakhir di Ngawi
: Alas Srigati.
Brrruuumm... Bruuuumm...
Mampir bentar di kedai Es Campur
Es campor sodara-sodara |
Brruuuumm... Bruuumm...
Pemandangan yang khas di Ngawi adalah setiap rumah
kebanyakan mempunyai tiga pintu didepan. Naluri mahasiswa kami muncul. Hal ini
kami integrasi dan interkoneksikan dengan konsep tiga kebahagiaan hidupnya
vandana shiva : kebahagiaan dengan alam, sesama manusia, juga kebahagiaan
dengan sang pencipta.
Dan kami telah sampai : Alas Srigati. Biaya retribusi
sebesar 2000 rupiah. Harga sebatang rokok surya di kantin dakwah kembali 500.
Kesan kami, hutan ini masih sangat alami. Alas Srigati ini
terkenal sebagai napak tilas Prabu Brawijaya Lima sebelum berangkat moksa ke
gunung Lawu. Tempat ini juga terkenal pernah dipakai syuting mister tukul
jalan-jalan sebagai tempat yang wingit dan penuh misteri.
Di Alas Srigati |
Suasananya damai. Kami berjalan terus. Menuruni tangga.
Sampai langkah kami tiba di sungai Tempur. Disini hawanya tiba-tiba berubah
menjadi sedikit panas. Kami berkeringat. Jadi kami memutuskan sebentar saja melihat-lihat
sungai --yang juga banyak kami menjumpai dupa dan bunga tujuh rupa di
sisi-sisinya. kami langsung kembali ke atas. Ke tempat patungnya krishna dan
disampingnya adalah bangunan menyerupai tempat pemujaan.
sungai tempur yang mistis |
di Patung Krishna |
aku akan menjadi sepertimu, bapaaaak |
Kami ngobrol-ngobrol bersama salah satu penjaga tempat itu.
Namanya Pak Karno. Beliau bercerita panjang lebar, diantaranya : bahwa krishna
sebenarnya adalah pengejawantahan Wisnu yang bersedia mendampingi umat manusia,
tentang semar yang aslinya dewa ismaya, tentang arjuna yang mengapa sudah sakti
mandraguna tetap membutuhkan pembantu punokawan, tentang logika kalau marah
adalah api berarti obatnya adalah wudlu ataupun cuci muka (air), juga tentang
perlunya kesadaran memahami kearifan lokal bangsa Indonesia yang tidak hanya
diteriak-teriakan saja. Kami terus ngobrol sampai tak terasa senja di langit
sudah akan berpulang. Akhirnya pembicaraan, kami sudahi. Kata bapaknya
bersambung
Sebelum pulang, kita mampir di mushola alas srigati.
Tempatnya unik. Dibelakang mushola menuju tempat wudlu terdapat pondokan
gubuk-gubuk santri putri yang menghafal Al-quran. Beberapa dari kami tak
berkedip memandang keindahan ciptaan Alloh tersebut. Tidak berlebihan kalau
kami kemudian menyebutnya sebagai bidadari-bidadari Surga yang ada di dunia.
Subhanalloh
Brrruuuuumm... Bruuumm...
Mampir sebentar di kedai tepo kecap, salah satu kuliner khas
ngawi. Seperti gado-gado, tapi berkuah bumbu kecap dengan irisan tahu dan tepo
yang bumbunya meresap. Hm... Maknyus!
Tepo kecap. hemmmm |
Brruuuumm... Bruuuuumm...
Dan kami telah pulang kembali, di rumas mas Irwan. Kami
beristirahat sebentar. Sebelum kembali menuju kota yang penuh dengan sarapan
sore dan tugas kuliah yang menumpuk.
Kami mandi (biar gak ngantuk), ngopi lagi (biar juga gak
ngantuk), lalu kami berpamitan dengan bapaknya mas Irwan. Sambil berdoa semoga
sehat selalu dan tak kekurangan suatu apa. Mas Irwan memutuskan kembali ke
Jogja insya Alloh hari selasa. Karena besok pagi mengantar kontrol bapaknya. Oke, Ngawi. Perjalanan
hati. Kami pamit dulu. Assalamualaikum
Brrruuuumm... Bruuumm...
Tentang riset dan penilitian kami. Ngawi ternyata memiliki
indomart, meskipun kebanyakan alfamart. Dan alfamart disana ketika malam hari
banyak yang tutup. Jika buka pun yang nampak hanya dua motor yang diparkir
milik kasirnya. Mengenai lift, kami belum dapat jawaban pasti, tapi disana ada
rumah sakit dengan lantai yang cukup tinggi. Disini kami berkhusnudzon. Mungkin
ada Lift disana.
Mungkin saja
Selesai
Diketik dengan Hp, bumi mataram, sambil bercita-cita segera
mandi dan menyelesaikan tugas pak war. 15 Desember 2014
Comments
Post a Comment