Skip to main content

21 DAN SEKIAN KEMUNGKINAN


Ibuk selalu melakukannya. Dari saya kecil, adik lahir, sampai saya segondrong ini. Ya. Ibuk berpuasa tiap tanggal anak-anaknya terulang. Dan beberapa hari lalu tanggal saya terulang. Oh ibuk. Semua di rumah sehat kan?

Dan mengenai waktu yang sudah sampai hari ini, apa yang sudah saya lakukan? Banyak. Apa yang belum saya lakukan? Juga tak kalah banyak. Lebih sangat banyak.

Saya selalu percaya. Ulang tahun adalah peristiwa ketika umur berkurang dan bertambah dalam satu waktu. Meskipun saya tak peduli antara kaitan umur dan kedewasaan. Saya cukup menggariskan saja. Saat ini: 21.

Saya akui. Banyak sekali pekerjaan rumah yang belum selesai. Terlebih akhir-akhir ini saya malas sekali menulis, membaca satu buku yang tak selesai-selesai, dan beberapa hal yang mestinya saya cicil tak satupun ada yang terkerjakan. Bahkan menyelesaikan tulisan ini saja pun tak usai-usai. Ya. Saya memang pengikut setia rasa malas, menunda-nunda, dan bangun siang yang masih mitos untuk mampu saya lawan dengan purna. Tapi saya belum kalah. Tidak akan. Tidak mau.

Dan saya hendak berjudi sekarang. Bertaruh dengan segala kemungkinan. Tentang sekian kemungkinan yang mungkin saya lalukan, kerjakan, dan tuju sampai datang tanggal terulang saya lagi. Jika kalah. Ya. Semua-mua itu tak lebih dari harapan kosong. Keinginan semu yang tertiup angin. Pudar. Tak bermakna dan tak berarti.

Meskipun ada satu hal yang sebenarnya masih saya tunggu disekitar keterulangan tahun ini, hal yang saya pikir bisa memberi secuil api semangat lewat hal yang paling kecil sekalipun. Entah pun itu lewat sepotong kata. Tapi biarlah. Persetan! The show must go on!

Dan diantara sekian kemungkinan ini mungkin ada yang sudah jadi rencana atau bahkan nyaris masih hanya keinginan sepintas belaka. Tapi lagi-lagi Puji Mark Twain. 5 tahun dari sekarang, kita akan menyesali hal-hal yang belum sempat kita lakukan daripada yang telah kita lakukan.

Tentu saya tak mau menyesal. Untuk itu saya menulis pengingat kecil ini. Biar jika suatu saat terlupa, saya bisa mengingatnya lagi ketika membuka blog saya (yang tak begitu terurus) di belantika dunia maya. Beberapa hal yang akan saya wujudkan(?) itu nanti harus dan wajib saya tulis. Salah satu cara melawan malas yang harus-harus saya kerjakan. Beberapa hal itu diantaranya adalah mengunjungi keluarga tanpa ikatan darah yang jauh, mendatangi lembut dan ganasnya alam. Juga keinginan berbenah dan mewujudkan apa yang dari saat saya kecil ingin saya lakukan.

Sengaja saya membuat 21 nomor. Sebagai gambaran 21 tahun 21 hal yang akan diwujudkan. Begitupun besoknya kelak. 22 tahun 22 nomor. Dan seterusnya. Berikut adalah yang sudah saya pilih dan pilah. Oke Cekidot:

1. Memulangkan rindu ke tulung agung dan Trenggalek

Adalah Bunda Cut Zaky Zahra, Mas Siwi, Mas Nurani, Mas Tosa, Misbahussurur, Gigih, Dadang, Toni, Kendra, dll. Dari saya SMA di Jombang banyak proses dan kenangan tertumpah disana. Entah masa pelarian atau sekadar obrolan di sudut-sudut kota itu. Mulai dari sejarah, sastra, teater, lukisan, kuliner, dan mimpi akan rumah baca impian. Sehingga datang kembali ke kota-kota itu dan bertemu orang-orang lama sama artinya dengan pulang. Ya. Saya akan datang. Meributkan Indonesia lagi dan merayakan gagasan-gagasan dengan semangat berapi-api.

2. Menghadap gunung Slamet atau Gunung Alternatif lain

Saya sudah kebelet menggigil dan bercapek-capek bersama gunung. Terlebih di jawa tengah ini, kebanyakan gunung sudah saya daki. Tertinggal gunung Slamet. Gunung tertinggi kedua di pulau jawa. Sebenarnya sekalian saya ingin mampir ke Tegal. Ada salah satu sahabat baru saja merayakan pernikahannya. Tapi saya tidak terlalu berambisi. Semisal pun tidak di Slamet, gunung lain pun tak apa. Asalkan nanti saya bisa berteriak kencang di puncak: Long life struggle people, long life rock 'n roll!

3. Memandangi bintang diantara pantai sedahan, greweng, dan dadapan

Satu lagi: Laut. Ya. Agus noor bilang "kangen ini. Laut tak bertepi" dan saya pun sudah kangen sekali berenang di tepi pantai ketika pagi, berlarian diatas hamparan pasir putih, merenung bersama senja, dan memandangi gugusan bintang di angkasa raya. Lalu masak dan menyantap bahan makanan seadanya. Kemudian sempurnalah segala di daerah kekuasaan neptunus itu.

Sengaja diantara tiga tempat itu karena pantainya cukup menantang. Perjalanan menuju pantai harus dengan jalan kaki antara satu sampai tiga jam. Pun tidak ada toilet atau orang jualan disana. Ya. Cukup ampuh untuk menghindari pantai mainstrim jogja.

4. Ke luar jawa

Sejak saya mempunyai hobi keluyuran, luar jawa adalah tempat yang sangat ingin saya tuju. Betul. Seumur-umur saya belum pernah keluar dari pulau jawa. Paling jauh mungkin berkelana di ujung banten dan Jember. Ya. Saya mengharapkan bertemu atmoshfir suasana kebudayaan baru. Mungkin tempat kawan di kalimantan dan bangka bisa saya coba di perjalanan tahun ini. Amin.

5. Menjadi ndeso di Kapal laut

Memang benar. Saya belum pernah naik kapal. Tapi saya selalu terobsesi film Life of Pi, Novel The Old Man and The Sea, dan Kisah pelayaran Minke di Novel Anak Semua bangsa. Membayangkan saya naik kapal mungkin saya akan sangat ndeso, bahkan juga mabuk laut. Biarin. Tapi saya benar-benar berambisi untuk berdiri di geladak kapal, menyulut rokok, memandangi senja dengan matahari jingga tenggelam perlahan. Dan saya janji. Nanti saya pasti membuat puisi. Haha. Tunggu aku, neptunus!

6. Si Bero coming again

Itu adalah satu motor dinas terbaik yang pernah menjadi tunggangan  menjelajah jogja dan sekitarnya. Entah apakah akan kembali seperti semula atau berganti rupa. Yang jelas rupa awalnya adalah motor mio biru angkatan pertama. Lalu sekarang (sudah cukup lama sebenarnya) mendekam di bengkel mengalami karantina. Ayo menabung. Mengumpulkan recehan perlahan untuk menjemputnya. Semangat balikan!

7. Menyusuri Blora, Jejak Samin dan Pram

Tersebab bertemu penulis gunawan susanto (kang putu) di semarang, lalu ngopi dengan mas bene, anak dari pak susilo toer di Pakem, dan pengalaman membaca buku Pram atau Samin membuat saya ingin mengunjungi kota itu yang sebenarnya tak jauh dari kota saya: Bojonegoro. Ya. Saya harus kesana. Mendengar cerita dan belajar bersama sesap kopi di kota itu. Because The journey is learning!

8. Khatam Tetralogi Buru

Saya membacanya lagi dengan lebih tuntas. Baru sampai khatam anak semua bangsa. Sebab dulu meskipun pernah membaca mahakarya pram yang terdiri dari Empat jilid itu belum secara baik. Terlalu melompat-lompat. Sekarang mengejar 'Jejak langkah' dan 'Rumah Kaca'. Ayo. Pasti bisa!

9. Regenerasi

Ini di semua aspek komunitas atau organisasi yang saya rintis bersama kawan-kawan saya yang hebat. Baik di pinggir kali code, komunitas Seni, dan lainnya. Ya. Regenerasi adalah harga mati.

10. Memenuhi janji untuk Website, Publish, and Spirit Write

Ini harus saya mulai cicil dan paksa. Jaman sekarang media sosial menawarkan efektifitas yang bukan main-main. Meskipun kerusakannya pun juga. Apalagi saya sudah pernah menjanjikannya dengan beberapa orang. Ayo penuhi. Penuhi.

11. Make a Book Arsip. Why not?

Saya ada beberapa tulisan tercecer yang mestinya bisa saya dokumentasikan dengan baik. Jadi buku lah katakan. Iya. Pasti bisa lah.

12. Menyusuri kenangan di Surabaya

Jalanan yang banyak mengajari saya tentang kenyataan adalah ganas dan beringasnya kota surabaya. Saya dan beberapa kawan SMA di jombang sering menghabiskan waktu disana. Naik kereta, naik truk, mengamen, nonton persebaya, asal nggelandang, ziarah sunan ampel, acara seni, dll.
Saya sungguh ingin kesana lagi. Sambil ndengerin silampukau. Saya putar tinggi volumenya.

"Malam jatuh di Surabaya. Malam jatuh di Surabaya"

13. Menabung dengan stabil

Saya harus paling tidak sebulan sekali menabung di credit union. Semacam bank sosial. Karena sudah memulai. Harus dipertahankan.

14. Tas baru, mungkin?

Ya. Ini karena mengingat dibutuhkannya wadah dari buku, pakaian, seperangkat alat mandi, dan seperangkat yang lain untuk perjalanan atau akses kemana-mana. Ya. Demi efektifitas!

15. New Hairstyle

Haha. Mungkin saja.

16. Serikat. Jadilah!

Cukup lama pembacaan atas itu. Analisa pada situasi nasional, fokus basis, lalu peningkatan nilai tawar. Dan demi tersistematikanya pendidikan, diskusi, deploy, hasil bacaan untuk mendapatkan output prosesnya. Ayo! Kejar target!

17. 2 Naskah lagi ya?

Setidaknya peristiwa tentang cerita liar di pikiran saya harus terkemas baik. Menjadi teater. Ditulis jadi naskah dulu. Ya. Minimal dua lah.

18. 5 Cerpen lagi juga ya?

Ini juga salah satu usaha menjadi produktif dan terutama melawan malas. Baik. Kita lihat nanti hasil akhirnya!

19. Masa depan Lele dkk di Rumah

Saya membayangkan nanti bisa belajar kolam bioflog dan mengaplikasikannya di rumah. Atau paling tidak, mengemas kolam ikan, tanaman dan kandang unggas kecil disekelilingnya menjadi lebih baik.

20. Bekerja kecil-kecilan
      
Ini penting.untuk ketrampilan, meskipun kecil. Juga untuk mengakomodir sumber daya berbagai keinginan yang menjamur itu.

21. Mewujudkan poin-poin ini lebih dari setengahnya

Betul. Apapun perlu dihitung. Dan dengan ini saya bisa melihat indikator keberhasilannya.

Itulah 21 tahun dan 21 keinginan. Saya akui. Itu semua tak mudah. Tapi karena ditulis dan disepakati oleh saya sendiri, maka semisal salah dan gagal pun bisa dievaluasi. Daripada saya membusuk dan menyesal karena tidak memulainya.

Terimakasih untuk semua yang telah membantu sampai proses ini. Saya meng-ada karena adanya semua itu. Sekarang saya memaksa diri saya sendiri untuk semangat. Hidup 21. Hidup sebelum saya benar-benar menjadi tua dan penuh penyesalan. Saya ingin kembali mengulang kata-kata itu lagi,

"Yang paling saya takutkan di dunia ini adalah menjadi orang yang biasa"


Nb: karena saya sekarang penggemar rock -+ tahun 80'an, maka lagu-lagu pilihan untuk 21 ini adalah:

1. Skid Row - Youth Gonna Wild
2. Guns 'n Roses - Better
3. Bon Jovi - Always
4. Nirvana - Smile like then spirit
5. Metallica - Enter Sandman
6. Led Zeppelin - Black dog
7. Guns 'n Roses - Estranged
8. Eric Clapton - Tears in Heaven
9. Aerosmith - Crazy
10. Lynd Skyrd - Free Bird

Itu tidak berdasarkan nomor urut favorit. Sudah. 10 dulu itu aja.


Diketik dengan Hape. Jogja. Selesai di Pakem. Minggu satu sampai ketiga. Agustus 2016

Comments

Popular posts from this blog

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se

Kau, Cahaya

Di hadapan pintu kebahagiaan. Kesedihan menyeruak, membawa pedih, menggigilkan tubuh waktu sebelum keberangkatan. Segala yang bernyawa, berujung tiada. Pada keheningan itu, sebelum maut. Nama umat yang kau sebut Seorang penyair melagukannya. Sebatang pohon kurma menangis, tatkala kau pergi. Air matanya luruh melebur embun shubuh. Kesejukan pagi itu, angin yang berhembus di sekitarnya, dan tangis yang belum berhenti, seperti pertanda perasaan kehilangan, yang akan selamanya. Tapi mengapa nama umat yang kau sebut, bukan sorga, juga bukan Tuhan yang menciptakan semuanya, saat kematian itu tiba?  Kau manusia. Mengembala. Berniaga. Bersedih dan bercanda. Dan di hatimu, terbuat dari apa relung sanubari itu, begitu hidup, begitu luasnya. Begitu jernih, menarik semuanya.  Kau yang penuh cinta.  Cahayamu terbit dari kegelapan suatu masa. Pendarnya membuat orang-orang menghampirimu. Bahkan di hari lahirmu, orang yang kelak sangat membencimu, pernah begitu bahagia. Ia haru, ia merdeka

Selamat Ulang Tahun, Istriku

Beberapa puisi ini untukmu.   /1/. Pohon-pohon meranggas di sekujur tubuhnya,  usia dan waktu  berkejaran.  pernah kita memandanginya  di sana-sini  menghitung hari-hari  yang ditinggalkan hujan.  kita terus saja berbicara  menginginkan suatu hari  hanya angin, dingin,  dan luasnya cakrawala.    kau sandarkan kepalamu  di pundakku  tangan kita berpegangan.  Rasanya seperti  menggenggam erat seluruh isi dunia ini.    /2/. Cat yang belum kering  wangi ini akan selalu kuingat  dengan cara terbaik  yang kumiliki.    saat itu, dinding kusam  tubuhnya mengelupas  oleh lupa  dan terabaikan.    kita mengingat suasana  yang kita inginkan  sebelum bulan berganti  dengan penyesalan.    kuas menyapu sekeliling  menghapus kesedihan,  dan dendam  di balik pintu.    perlahan, udara baru  masuk dari ruang tamu  untuk tinggal  dan menetap.    dunia ini bukan ruang tunggu kita memang sengaja diundang  untuk berbahagia.   /3/. Kacamata di atas meja    seringkali aku menemukannya