Skip to main content

MENGENAI BULAN BAHASA 2014 DI TAHUN 2015

Selamat membaca!

Mungkin sudah 3 tahun ini bulan bahasa MAN Tambakberas dirayakan pada bulan Pebruari. Mengenai hal itu, Saya biasanya mendapat pertanyaan seperti ini,

"Sesuk emang ape nangndi, Sen?"
"Bulan Bahasa nang Jombang"
"Loh bukane Bulan Bahasa iku pas Oktober"

Tapi diperingati pada bulan dan tahun apapun, spirit merayakan bahasa dengan segala isi dan rangkaian acaranya selalu pantas untuk diperjuangkan. Lagipula memilih merayakan BBS di bulan Pebruari dan tahun yang sudah berganti adalah keputusan yang berani dan tidak biasa. Dewi lestari dalam novel Perahu Kertas bahkan menyebut hidup akan terasa singkat jika dilewati dengan biasa-biasa saja.

Saya masih sangat ingat jam 3 dini hari (5/2) bersama Daus dan Si Kuning (motor honda tahun 86 klasik) dalam perjalanan dari Jogja menuju Jombang mengalami ban belakang macet di tengah hutan jalanan kota Ngawi. Saat itu, ban belakang motor memang tidak bisa digerakkan. Sedikit pun. Terpaksa kami mengangkat motor sedikit demi sedikit ke arah lampu pinggir jalan. Berharap ada kendaraan yang berhenti. Tapi kami tahu, sangat sulit meminta pertolongan ditempat sepi dan menyeramkan seperti itu. Beberapa kendaraan lewat mungkin menganggap kami pembegal dengan modus motor rusak. Tapi kami memang sudah terlanjur menikmati perjalanan. Akhirnya kami menikmati sisa kopi dan cemilan di tas carrier sambil menikmati rokok dan menyetel musik mp3 dari hape. Oh, Menunggu terbitnya matahari pagi!

"Kapan lagi bisa piknik di Tengah hutan seperti ini, Us" kata saya pada Daus

Sampai setelah shubuh kemudian datang pengendara motor membantu kami. Beliau membawakan beberapa kunci dan mengantar kami sampai ke Bengkel. Sekali lagi, terima kasih Pak.

Dalam posisi itu, kami pasrah. Pokoknya kami mau ke Jombang. Terlambat datang di bulan Bahasa, ndak apa apa wis. Hehe

Di Hape saya, Ucil dan Kahfi terus menghubungi. Tapi saya pastikan semoga semua baik-baik saja.

Sampai jam 12-an siang kami tiba di MAN Tambakberas. Ada yang terpuaskan ketika melihat seragam-seragam yang dulu pernah saya kenakan berlalu lalang. Saya naik keatas islamic centre terlebih dahulu. Ternyata disana sudah ada Ucil, Wafa, Kahfi, Pak wo, Ghufron, Irham, Fina, Pesek, Jazi, Kahfi dkk. Dasar orang-orang ngangenin!

"Haha, saya jadi kangen sekolah"

Dan Saya selalu senang bisa terus melakukan perjalanan. Kemanapun. Sebab saya meyakini. Waktu terlalu singkat, sedangkan banyak tempat yang belum kita kunjungi dan banyak hal yang belum kita lakukan.

Hari itu, MAN Utara berterop indah (yang kata kahfi malam harinya sempat roboh) dan berpanggung megah. Saya melihat ada narasumber yang kurang saya kenal. Kalau tidak salah namanya Fahrul Hakim, salah satu penulis muda dari FLP Malang. Sebelumnya di panggung itu pernah berdiri seorang Nurani soyomukti dan Bunda Zakyzahra beserta Mas Siwi

Saya selalu suka perayaan bulan bahasa dan sastra. Bahkan Pramodya ananta toer dalam novel Bumi Manusia menyebut, "kita boleh pandai dalam hal apapun, bahkan mencapai deretan sarjana apapun. Tapi tanpa mencintai sastra, kita hanyalah binatang yang pandai"

Hal ini juga kemarin membuat saya terhibur senang melihat beberapa adik-adik membacakan Puisi. Aristoteles, salah satu filsuf Yunani mengatakan, Puisi itu lebih jujur dan agung dari sejarah. Dia mengungkapkan apa yang yang tak dikatakan sejarah. Dia mengungkapkan hati.

Saya pun kembali terhibur. juga sempat kaget melihat penampilan Drama dan Tari dari jurusan Bahasa yang kreatif dan keren abis. Beberapa drama kritik guru dan murid, juga satirnya dunia pendidikan dikemas dengan apik dan memikat. Saya selalu percaya, semua orang bisa melakukan hal hebat dalam hidupnya.

Saya sedikit kecewa karena tidak bertemu Pak Arfin dan Bu Rialita. Tapi alhamdulillah masih bisa bertemu guru bahasa yang lain. Kemarin saya masih ingat, Bu eny bilang kalau mata saya merah. Iya memang Bu. Soalnya belum tidur. Hehe

Bu Maya juga bilang bahwa beliau habis operasi kemarin, Pak arfin sakit, dan Bu Rialita ibunya sakit. Ya Alloh. Semoga Engkau memberikan kesehatan pada semua yang sakit dan menjaga kesehatan pada semua yang sehat. Amin

Saya juga masih ingat Pak Tarno kemarin menodong saya untuk mempersembahkan penampilan. Padahal sebelumnya saya memang tidak ada persiapan. Akhirnya saya bersama teman-teman berembuk sebentar. Oke, kita tampil dadakan.

BBS tahun ini juga mengingatkan saya pada beberapa adik-adik bahasa yang telfon dan inbox FB. Kafabi, Darmasti suryo, Alfa Siera, dan adik bahasa kelas Tiga. Saya dan Daus berusaha semoga bisa datang. Boim, dalam kesempatan ini ternyata pulang kampung.

Saya selalu ingin setiap tahunnya Bulan Bahasa di MAN Tambakberas bisa terus diperingati. Tentunya dengan inovasi yang lebih apik dari jurusan Bahasa, Guru, dan pihak sekolah. Hal tersebut bisa disiasati dengan mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini dengan mengundang atau mengajak Alumni bahasa dan beberapa komunitas di Jombang maupun yang lain untuk terlibat. Seperti contoh saudara Ucil, Wafa, Misbah, Rofik, Kahfi dkk tentu sangat bisa jika mereka ditodong untuk membuat semacam pameran lukisan dan karya seni sastra digital. Hal itu tentu bisa dilakukan dengan komunikasi yang lebih awal.

Saya kemudian berharap apalagi kalau bukan kelulusan untuk kelas tiga bahasa (yang kemarin orasinya keren sekali) dan kelas tiga yang lain diseluruh Tambakberas dan dunia. Semoga lulus 100% (Kami tunggu di Jogja ya, jangan lupa main kesini. Hehe). Juga pesan untuk kita selalu berkarya, membaca, dan menulis. Ada pepatah mengatakan, "kalau kau ingin mengenal dunia maka membacalah. Kalau kau ingin dikenal dunia maka menulislah" semoga kita setiap waktu terus bisa menjawab pertanyaan "Buku apa yang kita baca hari ini?"

Untuk selebihnya saya mengucapkan selamat dan sukses Bulan Bahasa dan Sastra 2014 di tahun 2015. Mengutip salah satu bait puisi saya (hehe)

//Selalu ada/yang pantas kita perjuangkan/untuk segala/kebaikan/dan kebahagiaan//

Selamat bersemangat lagi kawan-kawan!


Diketik dengan Hape. Pada Jogja yang basah, 8 Pebruari 2015

Comments

Popular posts from this blog

Marathon Pertama, Akhirnya

Langit masih gelap. Ribuan orang berbondong-bondong mengenakan pakaian yang semarak dan outfit lari yang lengkap. Mereka semua, dan saya juga, ini rasa-rasanya termasuk sebagian besar orang-orang yang rela tidur sebentar, menempuh perjalanan jauh, berlatih cukup keras, berharap-harap cemas saat undian acak kelolosan, dan mengeluarkan biaya untuk menyakiti diri sendiri demi berlari puluhan kilometer.  Saya berjalan beriringan bersama yang lain menuju garis start. Ada suasana haru, merinding, cemas, bangga, bahagia, dan semangat yang bercampur di sana, seperti potongan perasaan yang melebur halus dan lembut dalam blender jiwa. Sembari melewati jalanan aspal di kompleks candi, rindang pepohonan, dan basah rerumputan setelah hujan, saya mencoba mengingat bagaimana ini semua dimulai.  Saat itu, akhir tahun 2022. Saya mencoba berlari menggunakan aplikasi pengukur waktu, jarak, dan kecepatan dari Nike. Sebelumnya, setelah saya mengalami gejala covid-19 dan mengisolasi diri dua minggu...
PETILASAN ANGLING DHARMA DAN NYAI AMBARWATI Oleh MH Maulana             Desa Bendo, kecamatan Kapas, Bojonegoro menyimpan sebuah tempat unik, mistik, damai, sekaligus kaya sejarah. Tepatnya di sisi waduk Bendo. disana terdapat sebuah tempat Pamoksaan dan petilasan prabu angling dharma da nyai ambarwati. Sebuah tempat menyerupai labirin dengan hiasan batu-batu dan atap dari ilalang kering membuat suasana petilasan terasa rindang dan tenang. Selain itu disisi petilasan ini terdapat waduk bendo yang merupakan tempat pemancingan gratis dengan pemancing yang tak pernah sepi tiap harinya.             Menurut keterangan juru kunci, pak ali. tempat petilasan ini dulunya adalah tempat dimana prabu angling dharma bertemu pertama kali dengan nyai ambarwati dan saling menumbuhkan benih-benih cinta. Selain itu terdapat pula pohon bambu lumayan tinggi yang dipakai sebagai rumah poh...

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se...