Jika ada yang bertanya, adakah contoh teman yang sangat peduli dengan temannya tanpa kepentingan apapun? Atau berteman dengan sangat peduli daripada dirinya sendiri?
Saya jawab: ada.
Namanya Vivi. Lengkapnya Vivi rizki nurmala. Saya suka nama belakangnya, meskipun belum tahu artinya apa.
Saya mengenalnya sejak semester muda di kampus dan masih juga mengenalnya sampai semester jenggotan di kampus. Biasa saja sih sebenarnya. Tapi saya merasa, karena kenal itulah kemudian kita saling belajar dan menasehati dalam mengisi kehidupan di dunia yang semakin renta ini.
Ya. Tersebab dunia berubah semakin tua, vivi pun ikut-ikutan semakin tua juga. Tertanggal 13 April kemarin, usianya bertambah dan berkurang dalam satu waktu. Dia sadar betul: masa lalu semakin jauh, masa depan semakin dekat, dan hari ini akan terus dihadapi terus dengan semangat sadar yang nyata.
Dia barangkali di usianya yang sekarang telah memutuskan untuk berbenah lebih baik lagi. Meskipun sebenarnya dia sudah baik. Bayangkan saja, dia bisa langsung berangkat menunggui temannya yang sedang sakit meskipun sedang ada urusan. Lalu memaksa berangkat bersama temannya untuk hadir dalam suatu acara yang dia sendiri sebenarnya terlalu lelah untuk ikut berangkat setelah perjalan jauh. Ya. Dia seperti malaikat yang seringkali berlaku tomboy.
Dia orang yang kuat berprinsip, terutama pada laki-laki dan teman-temannya. Dia tipikal orang yang bersikap sangat tegas dalam urusan percintaan. Dia bisa kuat merasa sendiri dan bisa memutuskan segala hal yang tak penting tanpa belas kasihan. Sedangkan pada teman-temannya dia tidak pernah pandang bulu, siapapun saja pasti dia suruh (dengan sedikit memaksa) untuk sholat, mandi, dan berangkat kuliah. Terlebih, dalam urusan menepati janji antar sesama manusia.
Tapi toh vivi juga manusia biasa. Dia juga seringkali merasa bosan, kesepian, dan lelah dengan pengkhianatan. Dia mungkin terkadang harus terjebak dengan perasaan berlebih karena selalu peduli demi kebaikan teman-temannya. Dia pun bisa menangis dengan terbuka karena hal-hal yang pantas untuk ditangisi, entah karena kesedihan ataupun kebahagiaan.
Yang pasti masa dan usia akan terus melaju sampai batasnya. Biarlah doa-doa ikut menjaganya, terutama doa ibu yang ampuhnya tak lekang oleh ruang, waktu, dan suasana.
Jangan lupa semangat skripsian, Vi. Semangat bertumbuh dan berkembang. Semangat memaksimalkan potensi diri dan dengan gagah menghadapi hari-hari.
Sebenarnya ulang tahun dalam artian yang tidak benar adalah waktu ketika teman harus dirayakan dan dijahili dengan sedemikian rupa. Saya pun terpaksa dengan gembira melakukan itu. Iya, sengaja --selain alasan ekonomis-- motormu yang kemarin saya pinjam dan saya buat berkeliling kesana kemari berkurang drastis bensinnya.
Bisa jadi perayaan ulang tahunmu nanti adalah hadiah bensin. Haha. Tapi itu kondisional saja.
Dan kemudian bisa sangat mungkin yang terpenting lagi-lagi adalah doa. Meskipun dari doa kecil saya yang penuh dosa. Penyair JW Auden pernah bilang, semua orang suci memiliki masa lalu dan setiap pendosa memiliki masa depan. Semoga --doa kecil ini-- tangan malaikat ikut mengamininya.
"Semoga semesta, rimbun pohon, tetes embun, nyanyian binatang melata, dan setiap manusia --dalam sunyinya-- selalu melimpahkan yang baik. Yang terbaik. Yang paling baik. Untuk kita semua. Terutama buatmu: Vivi rizki nurmala. Amin semoga"
Sudah ya. Oiya, lupa. Berarti kan ulang tahunmu juga bebarengan dengan saudari kembarmu. Meskipun saya tidak begitu mengenalnya,
"Pokoknya Habede, Vi. Ta. Buat kalian berdua!"
Diketik dengan Tab. Empat hari setelah tanggal lahirmu. Jogja, 17 April 2017.
Comments
Post a Comment