Skip to main content

Luapan Deru dan Peluh Pertama di Gigs Rolasan #1

Taken by Zakir
Energinya begitu besar. Kaki-kaki terus berjingkrakan. Tangan bergerak kesana-kemari. Musik terus digeber seperti tanpa ampun. Keringat mengucur deras dalam ruangan yang minimalis. Selebihnya, kegembiraan bertubi-tubi menempel dalam peluh di badan.

Gigs Rolasan menjadi adegan perdana malam itu (15/2). Penyelenggaraannya cukup nekat. Enam band akan bermain sekaligus. Berbeda genre dalam peristiwa bermusik yang satu.

Studio latihan band di sekitaran stasiun lempuyangan Yogyakarta menjadi pilihan. Namanya AL Studio. AL sendiri menyediakan fasilitas yang cukup lengkap. Mulai dari studio latihan, recording, dan menjual alat-alat musik. Tempatnya cukup tersembunyi. Beberapa orang yang datang seperti digariskan sama: nyasar.

Belajar dari pengalaman acara sebelumnya yang diinisiasi band-band metal di studio yang sama, Gigs akhir bulan, acara Gigs rolasan berharap bisa serupa dalam mendapatkan nasib baik. Diantaranya yaitu terjadi pertunjukan musik yang intim, suasana yang santai serta natural, dan tentu saja kegembiraan yang purna dalam menikmati band dengan lagu terbaiknya.

Semacam ayat pamungkas. Apa yang terjadi, terjadilah. Puluhan orang yang memenuhi studio seperti digerakkan sesuatu untuk bergoyang bersama. Mengeluarkan puja-puji dan teriakan. Merapal lagu. Nafas tersengal-sengal. Suasana riuh berangsur pengap. Tubuh berdesakan satu dengan yang lain. Musik bergantian menderu. Begitu terus dari awal sampai akhir.

"Barangkali memang benar, kegembiraan bekerja dengan caranya masing-masing."

Taken by Krismon
Jika diingat kembali, sore itu, langit mengguyurkan hujan yang cukup awet. Beberapa band berdatangan dengan jas hujan. Sesampai di lokasi, kopi panas telah menyambut. Sementara yang lainnya menunggu reda untuk berangkat. Lalu ada yang membawa mobil, menghindari resiko pada alat musik yang rentan terhadap basah.

"Acara mulai jam pira ya enak'e"

"Minimal Empat band wis teka, langsung gas. Saiki kan soale isik telu"

"Oke wis"

MC membuka acara tepat pukul Tujuh malam. Molor satu jam dari yang tertulis di Pamphlet. Seperti umumnya acara, diawali dengan salam dan doa. Setelahnya, simbal drum ditabuh. Acara inti dimulai.

Kelompok musik Anak-anak zaman menjadi pembuka. Empat orang pemuda bersiap dengan alat perangnya. Lagu berjudul salam mengalun ritmis. Liriknya juga bercerita tentang kalimat sambutan yang ringkas. Rasanya cukup pas sekali berada di awal. Mungkin.

Taken by Diki

Taken by Dodi
Empat lagu dibawakan Anak-anak Zaman. Ada lagu yang menceritakan sungai, kemudian tentang waktu, juga lagu nyanyian orang-orang pinggir kali. Musiknya boleh dibilang cukup sederhana. Instrumennya terdiri dari Bass, Gitar, Ukulele, Biola, Vokal, dan alat tiup berupa tin whistle dan hulusi.

Lagu-lagunya terdengar menyenangkan dengan berbagai instrumen tersebut. Terkadang rasanya seperti balada, country, dan folk yang cukup progresif. Pada satu nomer berjudul itulah kata tetangga, ada lagu yang dikombinasikan dengan semacam ceracau yang dirapalkan oleh pembawa acara tadi yang ternyata adalah bagian dari Anak-anak Zaman.

Taken by Dodi
Adegan selanjutnya, arisan pertanyaan konyol dan urutan penampil. Nama undian keluar, Kultzeon. Band death metal grindcore yang beringas ini bersiap membakar studio.

Taken by Diki
Seketika raungan distorsi memekakkan telinga. Puluhan orang di ruangan sempit itu melakukan adegan moshing yang cukup brutal. Tempo semakin dipercepat. Studio menyalakkan jiwa para metalhead. Untuk pertama kalinya, ucap personil Kultzeon, Wall Of Death terjadi di studio musik langganannya itu.

Taken by Diki
Taken by Dodi
Kultzeon sudah seperti para sesepuhnya yang menggila di gigs kecil semacam ruangan tersebut. Quartet ini begitu totalitas. Banyak lagu tak terasa sudah dibawakannya. Beberapa lagunya memang berdurasi singkat. Namun Panas dan membaranya masih terasa berkepanjangan. Kebrutalannya sangat menggembirakan sekali. Sungguh.

Lalu, undian ketiga. Band teman jauh dari malang ambil bagian. Tirant. Gigs pertamanya di Jogja bisa jadi memberikan kenangan yang manis.

Taken by Ijat
Beberapa lagunya punya nuansa yang cadas dan membawa semangat rock yang cukup kekinian. Musiknya boleh dibilang mengingatkan kita pada Barasuara dan Tashoora. Tak perlu menunggu lama, orang-orang yang sudah basah oleh peluh di dalam studio menggila lagi.

Harmoni musiknya menyenangkan. Perpaduan vokal laki-laki dan perempuannya menjadikan musiknya semakin berwarna. Antusiasme belum turun. Tubuh bergerak mengikuti irama lagi. Terlebih pada riff-riff yang gahar. Studio membara. Menggila lagi. Menggila terus.

Taken by Ijat
Taken by Ijat
Gigs rolasan di acara perdananya membuat suasana yang menyenangkan sekali. Orang hilir mudik keluar masuk studio untuk ikut menikmati acara. Beberapa yang kecapekan dan tak kuat menahan keinginan merokok, bergerak dulu ke luar ruangan. Para pemburu foto dan video juga terlihat melenggang kesana-kemari. Air mineral dibagi-bagikan. Kipas angin dan AC dinyalakan. Tetap saja, acara masih memanas. Tak mau turun.

Undian berikutnya keluar. Mamahima. Dendang rock n roll dari selatan, tepatnya Sewon, Bantul. Personilnyaa adalah para senior yang sudah malang melintang di rimba raya kesenian jogja. Gitaris yang kental aunan bluesnya merupakan seorang dosen kampus ISI. Vokalisnya pelukis handal. Sedangkan bassisnya adalah salah satu ketua lembaga seni budaya keagamaan yang terkemuka.

Tak perlu menunggu lama, musik cadas mengambil alih kemudi lagi. Rock n rollnya begitu kental. Liriknya sarat kritik dan pesan sosial. Band yang menggemari kantata takwa ini membawakan lagu terbaiknya dengan purna. Kerumunan di studio masih saja bersemangat menari. Selalu gembira menyaksikan band ini, band yang menyebut setiap pertunjukannya dengan nama peristiwa budaya.

Mamahima selesai. Band berikutnya yang mendapat nomer undian ternyata sama-sama dari selatan, Sasenigaya.

Taken by Ijat
Para veteran mapala kampus ISI ini membuat studio kembali terbakar. Gitar, efek, dan bass sudah mengaum buas. Para seniman gahar langsung tancap gas. Kerumunan kembali menari-nari dengan beringas. Lepas. Musik menghentak kencang dengan penuh distorsi. Rock n roll yang cukup brutal sudah menjadi kebiasaannya.

Sampai lampu studio tertendang oleh kerumunan yang melakukan diving. Semangatnya begitu tinggi. Lampu yang terlepas sebagian dari atas itu bergantian dipegangi sampai akhirnya bisa dilepas semua. Untung saja posisi lampunya sedang tidak dialiri listrik dan tidak menyala. Akibat kejadian itu, deru tawa membahana. Musik jalan terus. Beberapa lagu marjinal dibawakan dengan ciamik. Tak terasa sampai lagu terakhir tiba. Cover dari soundtrack populer pada zamannya, go go power rangers dan ayo goyang dumang. Rock n roll brutal itu ditutup dengan indah.

Taken by Ijat

Taken by Ijat
Puas. Kerumunan yang bersimpuh peluh ini terlihat lemas sekali dengan senyum dan tawa yang mengembang. Mc mengumumkan bahwa band Cavendish tidak jadi tampil karena personilnya yang satu tidak datang. Beberapa orang beristirahat sejenak sambil bersiap dengan undian band terakhir. Tentu saja sambil menyiapkan semangat bergoyang yang syahdu. Menyambut band reggae bersahaja: Ring Woloe.

Taken by Zakir
MC dan panitia dadakan mengajak beberapa orang yang masih di luar untuk masuk. Nampak mereka kemudian berbondong-bondong ke dalam studio. Beberapa menunggu habis hisapan rokoknya. Musik reggae memang memiliki daya magisnya tersendiri. Tanpa komando, tarian dan goyangan tiba-tiba sudah menjadi satu tujuan.

Ring Woloe membawakan nomer-nomer terbaiknya. Bahkan lagu-lagu baru yang belum pernah dibawakan secara live. Ring woloe boleh dibilang selalu berhasil memainkan reggae yang bersahaja itu. Ketenangan lead gitar, tempo yang terjaga dari setiap instrumen, dan tentu saja lagu-lagunya yang punya tafsir makna yang menarik.

Taken by Zakir

Taken by Zakir
Reggae ala ring woloe berhasil memungkasi dengan nyaris sempurna acara gigs rolasan yang pertama. Ritme tarian mampu terus dijaga. Semua berbahagia. Semua bergembira. Semua menginginkan momen semacam itu bisa kembali terjadi pada peristiwa selanjutnya.

Semua band penampil telah selesai. Namun gairahnya seperti menolak usai. MC mengajak semua yang hadir untuk kembali berdonasi karena acara gigs rolasan diselenggarakan dengan kolektivitas dan mandiri. Iuran yang terkumpul dibuat untuk membayar sewa studio dan kebutuhan lain yang menyertainya.

Nama gigs rolasan berasal dari ide awal gopek, personil Anak-anak Zaman, yang didiskusikan dan disepakati bersama. Selanjutnya Artwork spanduk langsung direspon oleh tangan dingin Edwin. Cadas. Berkarakter sekali.

Gigs rolasan diumpamakan seperti waktu kerja para tukang bangunan yang biasanya beristirahat pada tengah hari yang menyebut istilahnya dengan rolasan. Bedanya, rolasan dalam gigs ini diumpamakan dengan kerja gembira band-band-an yang dimulai dari awal petang dan akan diakhiri pada waktu yang hampir tengah malam. Tengah malam untuk beristirahat dan beraktifitas santai yang lainnya.

Sebelum tengah malam itu, beberapa band dan orang-orang yang masih berkumpul di dalam studio mengagendakan berbincang santai sejenak. Cak udin, bassis Mamahima, memberi doa dengan khidmat menggunakan syair lagu kantata takwa. Selanjutnya, MC yang tidak tahu diri itu memandu beberapa canda dan diskusi kecil tentang kemungkinan selanjutnya dari acara gigs rolasan. Banyak ide-ide keren muncul. Kesimpulannya, energi baik gigs rolasan menarik untuk terus disalurkan, menyenangkan untuk tetap dilanjutkan.

Tengah malam terlewat. Semua bergerak menjemput rolasannya masing-masing. Entah di rumah, entah di tempat peristirahatan yang lain. Saya masih merasakan gairah yang menyenangkan di atas motor. Mengingat kembali apa yang pernah dikatakan gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page,

"Semua orang bisa mengenal lebih dekat melalui musik"

Saya ganti playlist spotify dengan lagu-lagu terbaik Led zeppelin. Headset di telinga mengekalkannya, good times bad times mengalun,

In the days of my youth, I was told what it means to be a man.
Now I've reached that age, I've tried to do all those things the best I can.

Semoga. Gigs rolasan. semoga.


Yogyakarta, Tengah Februari, 2020. Ditulis secara suka-suka oleh seorang yang menjadi MC tidak tahu diri di malam itu.

Note : Mohon maaf sekali foto mamahima berada di file camera yang error sehingga belum bisa ditampilkan

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se

Kau, Cahaya

Di hadapan pintu kebahagiaan. Kesedihan menyeruak, membawa pedih, menggigilkan tubuh waktu sebelum keberangkatan. Segala yang bernyawa, berujung tiada. Pada keheningan itu, sebelum maut. Nama umat yang kau sebut Seorang penyair melagukannya. Sebatang pohon kurma menangis, tatkala kau pergi. Air matanya luruh melebur embun shubuh. Kesejukan pagi itu, angin yang berhembus di sekitarnya, dan tangis yang belum berhenti, seperti pertanda perasaan kehilangan, yang akan selamanya. Tapi mengapa nama umat yang kau sebut, bukan sorga, juga bukan Tuhan yang menciptakan semuanya, saat kematian itu tiba?  Kau manusia. Mengembala. Berniaga. Bersedih dan bercanda. Dan di hatimu, terbuat dari apa relung sanubari itu, begitu hidup, begitu luasnya. Begitu jernih, menarik semuanya.  Kau yang penuh cinta.  Cahayamu terbit dari kegelapan suatu masa. Pendarnya membuat orang-orang menghampirimu. Bahkan di hari lahirmu, orang yang kelak sangat membencimu, pernah begitu bahagia. Ia haru, ia merdeka

Selamat Ulang Tahun, Istriku

Beberapa puisi ini untukmu.   /1/. Pohon-pohon meranggas di sekujur tubuhnya,  usia dan waktu  berkejaran.  pernah kita memandanginya  di sana-sini  menghitung hari-hari  yang ditinggalkan hujan.  kita terus saja berbicara  menginginkan suatu hari  hanya angin, dingin,  dan luasnya cakrawala.    kau sandarkan kepalamu  di pundakku  tangan kita berpegangan.  Rasanya seperti  menggenggam erat seluruh isi dunia ini.    /2/. Cat yang belum kering  wangi ini akan selalu kuingat  dengan cara terbaik  yang kumiliki.    saat itu, dinding kusam  tubuhnya mengelupas  oleh lupa  dan terabaikan.    kita mengingat suasana  yang kita inginkan  sebelum bulan berganti  dengan penyesalan.    kuas menyapu sekeliling  menghapus kesedihan,  dan dendam  di balik pintu.    perlahan, udara baru  masuk dari ruang tamu  untuk tinggal  dan menetap.    dunia ini bukan ruang tunggu kita memang sengaja diundang  untuk berbahagia.   /3/. Kacamata di atas meja    seringkali aku menemukannya