Skip to main content

One Ok Rock dan XXXV yang Paripurna

 

www.gwigwi.com

Musik, dari ruang yang entah itu, mengisi jiwa sampai penuh, dan entah juga, terus begitu. Terus sanggup diisinya lagi. Dan lagi.

Saya pertama menyaksikannya saat Rika dan Krismon melagukannya bersama. Judulnya "Wherever you are". Saya ingat pernah mendengar sebelum itu, entah di mana, seperti lagu-lagu yang lain: kita baru mengerti setelah beberapa waktu kemudian. Mereka melagukannya dengan sederhana dan indah: di kursi kayu warung kopi yang telah dini hari dengan gelas-gelas yang kosong, lengkap dengan lirik jepangnya yang dibagi dengan suara satu-dua yang merdu didengar.

Besoknya, saya mencari lagu itu di spotify. Tidak hanya pada satu lagu itu, yang lainnya juga. One Ok Rock menempatkan sound lagu-lagunya dengan clean dan easy listening. Setahu saya, jenis musik semacam ini bisa membawa lagunya menjadi cukup membosankan, tapi band asal Jepang ini tidak berhenti di situ, ia membawa yang banyak musisi inginkan: karakter.

Tak butuh waktu lama, saya berhasil mendapatkan 'click' pada lagu-lagunya. Selain itu, pada waktu yang relatif singkat juga, semua albumnya sudah saya dengarkan. Di pengalaman mendengar itu, saya berhenti di satu album ikonik. Judulnya XXXV, angka romawi untuk menyebut 35.

Di Spotify, album ini seketika masuk list favorit saya bersama Sound of Perseverance milik Death, Sgt Pappers milik Beatles, Killing is My Business milik Megadeth, dan beberapa band metal lain. Saya biasanya memiliki jadual harian memutar album-album itu. Sebutlah album Kreator di hari Jumat, Iron Maiden di hari Senin, dan XXXV kemudian cukup sering hadir di earphone saya saat lari pagi, hari rabu, dan beberapa momen yang lain.

Hanya dalam hitungan hari, beberapa memori tertentu saya bisa terhubung dengan lagu-lagu di album XXXV. Taka sebagai vokalis merapalkan lirik bahasa inggris dengan pelafalan yang puitis dengan pengucapan yang jelas. Musik di album itu, bagi saya, didominasi genre rock alternatif, metalcore dan post hardcore yang beradu. Sementara di 2 lagu pelannya: mendalam dan personal.

Pinterest.com

Album XXXV sebagai album studio ketujuh ini rilis tahun 2015 dan direkam bersama John Feldman dan Chris Lord-Alge di Amerika Serikat. Perilisan edisi Deluxe di tahun yang sama dilakukan oleh Warner Bros Records. Penamaan album yang satu ini terbilang unik. Pasalnya, nama itu muncul justru di tengah penggarapan materi albumnya. Mereka banyak menemukan tulisan 35 di studio dan jalanan New York dan Los Angeles. Mereka bersepakat angka itu mungkin membawa hoki. Lantas, mereka sematkan angka itu sebagai nama albumnya dengan artwork tipografi romawi dan penempatan bentuk yang sekilas misterius dan penuh makna.

XXXV dibuka dengan intro musik yang kuat. Suasana intim secara cepat terbangun dan menjadi penanda bahwa musik selanjutnya akan menjadi penting. Taka, merapalkan lirik yang singkat dan padat. Di akhir trek, bait 'And i can’t even speak, so i scream' menutup sekaligus membuka lagu "Take Me to The Top" yang cepat dan buas. Dua nomor awal ini membawa saya pada permulaan hal yang penuh gairah. Melanjutkan lagi hidup setelah lelah, selepas rebah.

Permainan dari lagu satu ke lagu selanjutnya seperti memiliki benang merah musikal yang terus tersambung. Album berdurasi total 54 menit ini adalah bentuk yang 'sangat metal' dan 'sangat Amerika' dari One Ok Rock. Pasalnya, lirik berbahasa jepang sangatlah sedikit dan lebih banyak teriakan dan lengkingan vokal tinggi mengisi lagu-lagunya. Album ini mungkin tidak begitu disukai oleh penggemar One Ok Rock yang kalem dan 'sangat Jepang'. Tapi ayolah, akui saja. Masih terlalu banyak nilai bagus yang ada di materi-materinya.

Nomor selanjutnya yang masih penuh teriakan adalah "Cry Out" dan "Suddenly". Musikalitasnya masih saja menunjukkan tempo yang keras. Nomor-nomor ini, dalam terjemahan bebas saya, seakan mengajak kita menghadapi masa lalu serta hari ini dengan gagah. Hadapi saja, begitu ujar mereka. Teriakkan semuanya! Sebab, seperti yang dituliskan di lirik, so we say we went change and never be the same.

Pemutar musik kemudian bergeser pada nomor yang cukup spesial: Mighty Long Fall. Efek synthesizer dan permainan efek tertentu seketika mengubah atmosfir suasana lagu. Trek ini semacam bentuk yang 'sangat modern' dari One Ok Rock. Lagu yang juga menjadi soundtrack dari film Ruroni Kenshin: Kyoto Inferno ini memang pantas diganjar beberapa penghargaan dan pencapaian yang tinggi. Di Jepang, ia bertengger pada posisi puncak selama 14 Minggu di billboard. Dan terlepas dari itu semua, lirik 'Get up get up get up get up / Time to make amends for what you've done' selalu tak pernah membosankan dan berhasil mengajak headbang.

Hening sesaat, jeda sebentar. Saatnya lagu pelan ambil bagian. "Heartache" pun mengambil alih. Lagu yang juga menjadi soundtrack film Rurouni Kenshin: The Legend Ends dan mendapat serangkaian penghargaan ini adalah lagu yang mendefinisikan sakit hati yang sublim perihal indahnya penyesalan dan kejujuran. Musiknya mudah dinikmati. Ia mengalun seperti membawa tempo detak jantung yang berdegup. Petikan gitar Toru merasuk tenang. Mari nikmati sakit hatimu dengan kejujuran yang tidak usah kau tutup-tutupi. Katakan 'I miss you' tanpa malu. Ini kan suara hatimu: Wish that I could do it again / Turnin' back the time back when you were mine (all mine).

Album ini memang babak baru bagi One Ok Rock. Total ada 13 lagu didalamnya. Termasuk ada juga beberapa kolaborasi ciamik yang dimasukkan pada nomor-nomornya. Selebihnya, album ini sangat ekspressif dan total.

"Memories" menunjukkan taji album XXXV yang menolak untuk turun. Musik dan liriknya masih keras dengan lengkingan tinggi. Perhatikan saja Taka meneriakkan 'go on and fuck yourself' ini berkali-kali. Lagu ini seperti agak memarahi kita: persetan dengan masalah yang kau buat-buat sendiri, ayo terus maju. Sementara itu, "Paper Planes" menunjukkan One Ok Rock mampu keluar dari zona amannya. Lihatlah Taka berkolaborasi dengan Kellin (Sleeping With Sirens) dengan lagu bernuansa emo metal seperti 'bukan One Ok Rock'. Sebagai catatan, saya suka band eksploratif. Darinya kita cukup bisa tahu bahwa band ini mau belajar banyak.

creativedisc.com

Dan sekarang, "Good Goodbye" ambil bagian sebagai lagu pelan yang lain di album ini dengan menguarkan nada sendu tapi penuh ketegaran. Vokal Taka dan petikan gitar Toru memaknai dengan bijak pernyataan selamat tinggal. Lagu ini menempatkan dimensi lain atas perpisahan yang berbeda. Setidaknya bagi saya. "Perpisahan yang baik adalah yang kembali berjumpa. Selamat tinggal adalah ucapan salam untuk tetap tinggal," kira-kira begitu.

Setelah lagu pelan kedua ini, album XXXV kemudian terus saja menggempur sampai akhir. "One by one" dengan musik kerasnya begitu lihai menggambarkan puitisnya peperangan. Taka meneriakkan 'If you stand for nothing, you'll fall for anything'. Di lirik selanjutnya yang masih tetap dilantangkan --bahkan dengan perpaduan vocal scream, nyanyiannya seperti pidato dari orator ulung: kita adalah orang-orang terpilih. Berdiri di medan pertempuran. Berdiri di depan. Berdiri di puncak. Berdiri di atas matahari. Ambil senjatamu. Jatuhkan mereka satu persatu!

Lanjut di "Stuck in The Middle", temponya masih belum dikurangi. Lagu yang masih saja keras dan menderu ini seperti pernyataan sikap atas kekuasaan, popularitas, dan keangkuhan lain. Setiap part musikalnya tajam dan cepat. Liriknya bahkan cukup religius. Simaklah terjemahan bebas saya pada bagian reffrain, "Aku mencoba memiliki semuanya, tapi sejatinya aku tidak memiliki apa-apa." Jadi, apa yang sebenarnya benar-benar kita miliki?

Dan di "Fight The Night", sesi refleksi permenungan mendalam pun dimulai. Kita telah melewati banyak hal. Kita akan terus maju. Kita tidak bisa berhenti. Langsung saja saya kutipkan lariknya yang puitis ini.

This is the price of war

And we've paid with time

We'll fight fight till there's nothing left to say

We'll fight fight till your fears, they go away

The light is gone and we know once more

We'll fight fight till we see another day

Setelahnya, menuju akhir, "Last Dance" dan "The Way Back" tetap saja penuh irama yang beringas dan buas. Terutama di satu nomor yang paling akhir, eksplorasi One Ok Rock masih terus berlanjut. Mereka band yang menghindari album berakhir anti klimaks. Sungguh, penutup yang tetap keras, indah dan manis. 

Keseluruhan materinya pada album ini memang pantas diganjar nilai yang tinggi. Terutama dalam segi inovasi dan musikalitas yang begitu ekspressif. Album ini rasanya juga pantas menjadi bahan bakar untuk menyulut kembali berbagai kemalasan dan ketidakberdayaan. Mereka, para personil One Ok Rock, seperti meneriaki kita, "Ayo syukuri hidupmu. Hadapi semuanya. Kita semua sama. Kita punya rasa sakit dan penyesalan masing-masing. Dan kita bisa bangkit dari itu semua!

Sementara itu, nomor terbaik menurut saya di album ini dan belum saya sebutkan sebelumnya adalah trek kedelapan. Judulnya "Decision". Lagu ini, seperti namanya, adalah penegasan bersama dari waktu yang telah lewat, yang sedang terjadi, dan yang akan datang. Artinya: keputusan.

"Decision" dengan musiknya yang penuh optimisme  mengingatkan kita bahwa 'We'll never be as young as we are now'. Kita berharap pada 'It's my decision / I wanna be all that i can be'. Musiknya yang terus menderu, terus meyakinkan kita. Dan karenanya, hidup sepertinya memang bukan pilihan. Hidup adalah peran terbaik kita dalam mengambil keputusan.

Mendengar semua lagu di album XXXV pada akhirnya kemudian menjadi intim dan personal. Saya dan pacar saya sering mendengarkan lagu-lagu di album ini bersama. Saya masih saja merasakan waktu yang seperti tak beranjak. Lagu-lagu pelan di dalamnya mengiringi buka puasa kami bersama di tepian danau dengan bias jingga sore yang surealis. Lagu yang lain meneguhkan betapa kerasnya hidup, ia tetap kehidupan yang layak dijalani. Lagu yang lain lagi mengingatkan bahwa kita tidak akan dan tidak bisa sendirian. Saya merasakan semua akan menjadi baik dengan kita bersama. Hari depan yang adil akan datang dengan kita mengambil keputusan-keputusan penting, meski beresiko, dengan tetap saling bersama: bersamaMu, bersamamu, dan bersama yang lain.

Dan akhirnya, kita kembali ke awal lagi.

Musik, dari ruang yang entah itu, mengisi jiwa sampai penuh, dan entah juga, terus begitu. Terus sanggup diisinya lagi. Dan lagi.

 

Sumatra Selatan, Juni 2022

Comments

  1. Decision emang yang paling nyentil kehidupan dari semua trek. Waktu dihayati liriknya, kayak nemu kritik dan solusi di saat bersamaan. Trus Heartache juga jadi masterpiece dr segi musik dan makna. Tp yg pasti, setuju banget nomor lainnya jg punya materi dan keistimewaan yg ga kalah yoi. Terimakasih Mas Hussein sudah mereviu XXXV dengan informatif dan cantiksss🤟 gara2 reviu ini, jadi tertarik buat nyimak lebih jauh semua nomor di album 35!!XD

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

'Menikah itu Biasa Saja'

/1/. Saya sepertinya akan selalu memikirkan pembuka novel Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sampai kapan pun. "Keluarga bahagia, bahagia dengan cara yang sama. Keluarga tidak bahagia, tidak bahagia dengan caranya masing-masing," tulisnya. Dan saya menikah. Mengucap janji di hadapan penghulu, orang tua, saksi, hadirin yang datang, dan tentu saja pacar saya yang menjadi istri saya: Yeni Mutiara. Mungkin aneh. Tapi saya berharap ini biasa saja. Seperti menggubah lagu Efek Rumah Kaca yang dimuat dalam album debut eponimnnya. Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja. /2/. Saya masih mengingatnya. Tertanggal 4 Maret. Pagi tiba ketika kapal laut mengangkat sauh di selat sunda. Itu kali pertama Abah, Ibuk, Adek, dan Budhe mengalaminya. Kami duduk di ruang terbuka. Mengamati gugusan pulau kecil dengan pepohonan kelapa yang berjejer, seperti lanskap di buku gambar anak-anak. Sesekali kami minum kopi, memakan cemilan, dan meresapi udara se

Kau, Cahaya

Di hadapan pintu kebahagiaan. Kesedihan menyeruak, membawa pedih, menggigilkan tubuh waktu sebelum keberangkatan. Segala yang bernyawa, berujung tiada. Pada keheningan itu, sebelum maut. Nama umat yang kau sebut Seorang penyair melagukannya. Sebatang pohon kurma menangis, tatkala kau pergi. Air matanya luruh melebur embun shubuh. Kesejukan pagi itu, angin yang berhembus di sekitarnya, dan tangis yang belum berhenti, seperti pertanda perasaan kehilangan, yang akan selamanya. Tapi mengapa nama umat yang kau sebut, bukan sorga, juga bukan Tuhan yang menciptakan semuanya, saat kematian itu tiba?  Kau manusia. Mengembala. Berniaga. Bersedih dan bercanda. Dan di hatimu, terbuat dari apa relung sanubari itu, begitu hidup, begitu luasnya. Begitu jernih, menarik semuanya.  Kau yang penuh cinta.  Cahayamu terbit dari kegelapan suatu masa. Pendarnya membuat orang-orang menghampirimu. Bahkan di hari lahirmu, orang yang kelak sangat membencimu, pernah begitu bahagia. Ia haru, ia merdeka

Selamat Ulang Tahun, Istriku

Beberapa puisi ini untukmu.   /1/. Pohon-pohon meranggas di sekujur tubuhnya,  usia dan waktu  berkejaran.  pernah kita memandanginya  di sana-sini  menghitung hari-hari  yang ditinggalkan hujan.  kita terus saja berbicara  menginginkan suatu hari  hanya angin, dingin,  dan luasnya cakrawala.    kau sandarkan kepalamu  di pundakku  tangan kita berpegangan.  Rasanya seperti  menggenggam erat seluruh isi dunia ini.    /2/. Cat yang belum kering  wangi ini akan selalu kuingat  dengan cara terbaik  yang kumiliki.    saat itu, dinding kusam  tubuhnya mengelupas  oleh lupa  dan terabaikan.    kita mengingat suasana  yang kita inginkan  sebelum bulan berganti  dengan penyesalan.    kuas menyapu sekeliling  menghapus kesedihan,  dan dendam  di balik pintu.    perlahan, udara baru  masuk dari ruang tamu  untuk tinggal  dan menetap.    dunia ini bukan ruang tunggu kita memang sengaja diundang  untuk berbahagia.   /3/. Kacamata di atas meja    seringkali aku menemukannya